Rinduku untukmu bagai ranting tak berdaun
selalu tumbuh namun tak Nampak riuh
selalu berharap namun terlihat tiarap
selalu melesat walau sering tersesat
aku berharap ini adalah rindu terakhir
diujung senjaku yang mulai temaram
binar – binar rindu selalu mengingatkan aku
pada malam yang sangat menentramkan
walau hanya dapat menikmati sisa sinar rembulan
karena sebagian besarnya telah habis dilumat kelelawar
untuk dibagikan pada subuh yang datang menjelang
Rinduku padamu bagai sisa mentari di senja tadi
merah tembaga  membakar anganku
bahkan hanya untuk mendapat sebuah kecupan
tak boleh aku bermimpi
rinduku padamu bagai kunang-kunang di sunyi malam
berkelap-kelip namun tak mampu menerangi
karena rinduku ini sungguh tak diharapkan
olehmu..
dan juga olehku
namun selalu ada dan terus ada
hanya untukmu Lelakiku...
Hanya untukmu lelakiku…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H