Beberapa butir air masih menetes , hujan sesiangan kaburkan asa.
Aku terus melangkah membiarkan antara air hujan dan air mata membaur,
cepat-cepat kuambil jalan belokan agar bayanganmu menghilang,Â
dan sesegera mungkin kulangkahkan kaki naik pada sebuah taksi yang lewat.
Aku ingin segera menjauh dari kelamnya senja...
Aku segera hapus semua jejakmu,
di hpku, di gatgetku dan di hidupku...
aku buang satu-satu serpihan kertas yang pernah merangkai cerita tentang kita..
kabur bersama angin dari jendela taksi yang terus melaju...
hpku tetap saja berdering walau sudah aku matikan
namamu terus memanggilku, hingga kubuang benda keparat itu..
bayanganmu terus menari di benak....itu yang aku benci
apa harus aku buang juga, hatiku...
agar aku terlepas bebas darimu..
ah..sejak sore itu
aku ingin menenggelamkan tubuhku,Â
pada sumur terdalam yang akan mengubur semua kenangan tentangmu
tapi dimana..!?
sejak sore itu ...
aku tak pernah bisa melupakanmu..
lelaki yang dengan sengaja memamkan bibitnya dalam rahimku
tanpa seijinku...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H