Dari saku aku mengeluarkan uang yang jumlahnya banyak sekali, hasil dari merampok sebuah Mesin ATM malam ini. Gemercing perhiasan emas keluar dari kantong saku celanaku, aku dapat dari merampok sebuah toko emas tadi pagi-pagi.
Mata Nyonya Besar langsung melotot, dan sikapnya sangat manis sekali . Menciumku, membelaiku dan mengandengku untuk segera masuk ke kamar.
“ Ini buat aku kan sayang ? kamu laki-laki paling pengertian terhadapku sayang “ kata-kata manis yang baru kali ini aku dengar dari mulut nyinyir itu, membuatku terasa mual dan pusing tak karuan.
‘ Iya…semua ini buat kamu istriku “ kataku sambil menyeretnya ke atas ranjang.
Dia tertawa  nyaring sekali bunyinya membuat libidoku memuncak hebat. Dan dia pun menurut saja ketika aku melucuti seluruh pakaiannya.  Aku hanya ingin melampiaskan nafsuku yang telah aku pendam selama bertahun-tahun. Pada istri yang tidak pernah mencintaiku, dan tidak pernah aku cintai. Ini adalah malam pertamaku dan juga sebagai malam terakhirnya.
Malam itu kami bergumbul hebat, bukan layaknya sebagai suami istri tapi nafsu setan yang telah merajai. Di atas ranjang yang juga bertebaran uang dan perhiasan membuat istriku sangat bersemangat melampiaskan nafsunya, yang entah pernah tersalurkan atau tidak karena tidak pernah kepadaku. Sampai membuat Nyonya besar orgasme berkali-kali, sampai akhirnya tak kuat lagi dan tertidur pulas.
Ketika Nyonya besar sedang nyenyak tidur, aku segera mengambil  badik dan  pisau yang sangat besar, yang telah aku persiapkan sebelumnya. Aku matikan lampu, dan tebasan badikku hanya dengan sekali tebas lehernya sudah putus, Kepalanya menggelinding ke bawah ranjang. Ketika lampu aku nyalakan kembali tubuhnya yang gempal tanpa busana sehelai pun telah bersimbah darah tanpa kepala.
Aku bahagia karena tak ada perlawanan sedikitpun dari perempuan tambun itu, sehingga pekerjaanku cepat selesai.
Kepala yang mulutnya sedang menyeringai itu aku masukkan ke dalam stoples besar yang sudah aku persiapkan untuk aku awetkan. Sedangkan tubuhnya aku seret  kedapur.
Aku kuliti dan aku buang bagian –bagian yang tidak aku suka. Seperti jari-jarinya yang sering dipergunakan untuk menuding-nuding aku, atau ujung-ujung kakinya yang sering menendangku agar keluar dari rumah.
Aku hanya mengambil dagingnya saja. Aku iris kecil-kecil sehingga siap masak bila aku ingin menyantapnya. Lemak-lemaknya menggumpal adalah tumpukan keserakahannya yang membuatku kurus kering seperti ini.