“Gak mau..aku gak mau jadi bank titiel, pegang duit orang ntar aku pakai repot..”
“Ya…sudah kamu kerja di bengkel saja, sambil pelajari baik-baik ya kalau sudah lancar nanti Bapak kasih modal buat bikin bengkel, eeh…bapak pinjami ya, bukan kasih, jadi kamu harus mengembalikan nanti, harus belajar bertanggung jawab.”
“Iya ..Pak Dwi akan berusaha…”
Akhirnya Dwi bekerja di bengkel radiator milik Haji Hasan, satu-satunya bengkel radiator di kota Tabalong. Padahal kota seperti Tabalong yang sudah mulai ramai ini harusnya ada bengkel radiator 3 atau 4, makanya setiap hari bengkel radiator milik Haji Hasan selalu penuh, orang harus memesan dulu bila hendak memakai jasanya. Karena karyawan Haji Hasan juga tidak banyak juga, maka Dwi langsung diterima bekerja di sana.
Baru sebulan bekerja Dwi sudah menguasai benar apa-apa yang harus dikerjakan oleh seorang pebengkel radiator, Dwi memang benar-benar ingin belajar soal radiator karena rencananya bila sudah lancar Sofian akan membantu membukakan bengker radiator sendiri.
Sementara usaha yang ditekuni Imoeng mulai memperlihatkan hasil, sekarang sudah tidak membuat keripik dan rempeyek lagi. Karena usaha membuat telur asin semakin berkembang. Setiap 3 hari seribu butir telur sudah dipesan dan diambil para pedagang sendiri ke rumah, tidak perlu lagi mengantar ke toko-toko dan kios-kios.
Selain itu sebuah toko kecil yang menyediakan berbagai keperluan sudah memenuhi sebagian ruang tamunya yang luas. Belum lagi pesanan-pesanan teman-temannya mulai dari makanan, kue, perabot rumah dan dapur juga elektronik semua dilayani. Bahkan yang tidak bisa membayar kontan bisa dengan sisitem menyicil bulanan.
Ayuk dan Ais belajar dengan baik,mereka menjadi anak-anak yang berprestasi di sekolahnya. Kehidupan Imoeng sekeluarga sudah berangsur-angsur berubah. Walaupun sudah tidak mempunyai hutang lagi di Kudus, Imoeng tetap mengirim uang untuk membantu adik-adiknya yang membutuhkan.
Belum genap 3 bulan Dwi sudah mahir dalam soal radiator dan oleh Sofian dipinjami modal untuk menyewa tempat di pinggir jalan utama dan bangunan semi permanen, serta peralatan bengkel sudah lengkap semua disediakan. Dwi mulai menanggani pelanggan-pelanggan baru sampai bulan berikutnya karena kewalahan Dwi merekrut teman untuk membantunya. Tidak disangka usahanya cepat sekali berkembang. Banyaknya kendaraan yang masuk ke kota Tabalong merupakan peluang yang sangat bagus untuk usaha bengkel.
Tidak menyesal Dwi ikut ibunya ke Kalimantan, kalau masih di Jawa dia pasti masih hidup menggelandang tak pasti, karena jauh dari orang tua.
Karena kepiawiannya Sofian menjalankan usaha KSP milik bos Damang, Sofian mendapat hadiah untuk pergi melaksanan ibadah haji ke Tanah Suci, namun hanya Sofian sendiri yang berangkattidak disertai istrinya, Imoeng. Haji Damang tidak akan rugi memberi hadiah pergi haji , kendaraan dan fasilitas rumah yang bagus bagi Sofian. Karena berkat kerja keras Sofian usaha KSP bisa menjadi seperti ini. Lagi pula rata-rata orang Kalimantan tepat waktu bila membayar cicilan, tidak menyusahkan petugas yang di lapangan.