“ Kurang berapa lagi Lek…hutang saya “ Tanya Imoeng pada salah seorang rentenir yang dihutanginya.
“ Masih kurang banyak Mbak….karena beberapa bulan dulu tidak dibayar jadi bunganya berlipat “
“ Kan setiap bulan saya sudah mengirim uang untuk menyicil kenapa masih segitu..?”
“ Itu baru bayar bunganya, belum modalnya dan juga bunga beberapa bulan sebelumnya tidak bisa bayar kan…!”
“ Ah…yang bener …aku gak mau kalau seperti itu…gak akan selesai kalau begitu, aku hanya mau bayar jumlah hutang waktu aku pinjang dan bunga yang wajar, aku tak mau bayar bunga berbunganya…”
“ Tidak bisa Mbak…kalau hutang sama saya ya…harus ikut aturan saya.”
“Tidak bisa…besok saya balik ke Kalimantan, saya hanya akan kirim uang jumlah yang saya hutang saja..kalau tidak mau lebih baik tidak usah saya kirim uang lagi. “
“ Ya …sudah pokoknya kamu harus tetep kirim uang ke aku...ya..”
Akhirnya Imoeng balik lagi ke Kalimantan dengan membawa catatan masih ada 2 orang lagi yang harus dia lunasi hutangnya. Dengan rentenir itu sudah tidak begitu banyak, menurut hitungannya.
Perjalanan sendiri naik kapal dengan Ais, yang masih berusia 6 tahun membuat Imoeng harus kuat karena di dalam kapal Ais badannya sempat deman tinggi, mungkin tidak kuat dengan angin laut, ini juga menjadi perjalanan laut pertama kali buat Ais. Imoeng harus kuat diperjalanan agar bisa menenangkan anaknya yang agak rewel.
Sampai di pelabuhan Trisakti Banjarmasin, suaminya sudah menjemput bersama Ayuk yang terpaksa mbolos sekolah untuk menjemput ibu dan adiknya.