[caption caption="Gerbang Dalam Pesarean Sidomukti"]pintu gerbang dalam Pesarean Sidomukti
Â
Mudah sekali menemukan area Makam Keluarga 'Sidomukti' di Kudus, yaitu kira-kira 2 KM ke utara arah Gunung Muria tepatnya di desa Kaliputu Kudus. Desa tempat saya tinggal pada waktu kecil.
Â
Masih gamblang ingatan saya waktu kecil dulu saya suka bermain-main ataulah belajar di area Pemakaman ' Sidomukti' yang sangat rindang dan tenang ini. Maka tak heran pada saat saya masih sekolah dulu saat menjelang ujian sekolah, area Sidomukti akan ramai anak-anak untuk belajar disana. Karena area seluas 2 hektar yang dulunya sebuah hutan masih banyak tumbuh pohon-pohon yang cukup besar, walaupun begitu kita tidak boleh masuk area pemakamannya tetapi di luar pintu gerbang pemakanan. Namun itu dulu......sekarang tidak sembarang orang bisa masuk area pemakaman ' Sidomukti" ini tanpa ijin dari Juru Kunci. Saya bisa masuk area ini kembali pada waktu ada kirab 'Tebokan Jenang Kudus' pada tanggal 1 Muharam kemarin, yang diadakan di dalam arean pemakan ' Sidomukti' ini.
Di area Pemakaman seluas 2 hektar itu terdapat sekitar 350 makam dan juga kapling calon-calon makam dari keluarga trah Condronegaran. Menurut penjelasan Juru Kunci Bapak Sunarto perawatan makam ini dibiayai oleh sebuah yayasan yang dimiliki oleh ibu Moeryati Sudibyo bos dari ' Mustika Ratu' yang juga masih dalam trah Condronegaran ini.
Makam Keluarga 'Sidomukti' pertama kali dimiliki dan menjadi makam yang petama dari Kandjeng Kyai Adipati Ario Tjondronegoro III yang merupakan Bupati Kudus ke 3 pada jaman Hindia Belanda. Â
Di area pemakman 'Sidomukti' juga terdapat makam dari RMP. Sosrokartono yang merupakan kakak dari RA Kartini. Adipati Ario Tjondronegoro merupakan kakek buyut dari RMP. Sosrokartono yang ayahnya menjadi Bupati di Jepara. RMP. Sosrokartono dilahirkan pada tanggal 10 April 1877 , pada waktu itu ayahnya menjadi wedono di Mayong Jepara, dan 3 tahun kemudian ayahnya  RM. Adipati Ario Sosroningrat diangkat menjadi Bupati Jepara.Â
Sebagai seorang ningrat Sorokartono berkesempatan memperoleh pendidikan yang lebih baik dari pribumi lainnya. Setelah menamatkan Europeche Lagere School (ELS) di Jepara, kemudian melanjutkan sekolah di Hogere Burgerschool (HBS) di Semarang,dan pada tahun 1892 melanjutkan sekolah di Leiden Belanda dan lulus dengan Summa Cumlaude bergelar Doctorandus (Drs).
RMP. Sosrokartono melalang buana ke Eropa selama 29 tahun, beliau telah menguasai 24 bahasa asing dan 10 bahasa lokal, selama di Eropa Sosrokartono pernah menjadi wartawan perang pada waktu Perang Dunia I dan juga pernah menjadi penerjemah di Liga Bangsa-bangsa di Jenewa, yang merupakan cikal bakal dari Perserikatan Bangsa-bangsa atau PBB. Karena sesuatu hal Sosrokartono pulang ke tanah air dan ingin mengabdikan diri pada bangsanya sendiri.
RMP. Sosrokartono senang melakukan tirakat dengan puasa 'ngebleng' selama 49 hari, beliau hidup sangat sederhana, dan pandai mengobati berbagai macam penyakit dengan meletakkan telapak tangan beliau pada kening orang yang sakit. Peninggalan belau hanya satu yaitu kain bertuliskan huruf 'Alif ' yang juga menjadi falsafah beliau, bahwa manusia harus berperilaku lurus menuju ke arah Ketuhanan. Falsafah hidup beliau ditulis bukan hanya teoritis namun sebagai laku kehidupan sehari - hari.
RMP. Sosrokartono mempunyai pedoman 'Catur Murti' yaitu antara pikiran, perasaan, perkataan dan perbuatan haruslah sama. Tidak boleh mlenca-mlence seperti para pejabat sekarang.
RMP. Sosrokartono disebut sebagai Mandor Klungsu
Klungsu atau biji asem itu kecil dan keras, tapi ketika ditanam akan rimbun menaungi tumbuhan di sekitarnya. Seperti prinsip hidup beliau untuk tetap sederhana walaupun sebagai ningrat dan terpelajar beliau bisa hidup mewah dan berkecukupan , namun beliau tetap hidup sederhana sampai akhir hidupnya namun bisa mengayomi orang-orang kecil.
RMP. Sosrokartono disebut sebagai Joko Pring
Disebut 'Joko' karena sampai akhir hanyatnya beliau tidak pernah menikah jadi masih berstatus sebagai 'Joko'. Pring atau bambu itu apapun jenis, warna dan bentuknya tetap sebagai bambu, demikian juga beliau walaupun telah melalang buana kemana-mana dan menguasai berbagai macam ilmu namun tetaplah menjadi seorang Sosrokartono yang asli Jawa.
Drs. RMP Sosrokartono akhirnya tinggal di Bandung, dan menjadi salah satu guru dari Ir Soekarno, dan membantu dalam bidang pendidikan yaitu pendirian Taman Siswa. Kesederhanaan beliau ditunjukkan pada hidup beliau yang masih ngontrak rumah sewaktu tinggal di Bandung sampai akhir hayatnya. Beliau meninggal di Bandung  pada tanggal 8 Pebruari 1952 kemudian dimakamkan di pemakaman Keluarga trah Condronegoro yaitu Pesarean 'Sidomukti' Kudus. Yang menjadi 'istana terakhir' dari Sang Mandor Klungsu/ Joko Pring atau Drs. RMP. Sosrokartono.
Â
Â
Falsafah hidup beliau tertulis pada kedua sisi nisan RMP. Sosrokartono di makam beliau, yaitu :
Di sisi sebelah kiri / barat :
Â
"Soegih tanpo bondo, Digdoyo tanpo Adji.
 Ngloerog tanpa bolo, menang tanpo ngasorake ".
Di sisi sebelah kanan / timur :
Â
" Trimah mawi pasrah, soewoeng pamrih tebih adjrih
  Langgeng tan ono soesah tan ono seneng
  Anteng manteng, soegeng djeneng ".
Keduanya bila dirangkai akan berarti :
Kaya tanpa harta, berkuasa tanpa jabatan
Maju bertempur tanpa pasukan , menang tanpa merendahkan.
Menerima dengan tulus tanpa pamrih.Â
Hidup tenang tidak kenal duka dan suka.
Diam sungguh-sungguh maka akan selamat sentosa.
Â
Makam RMP. Sosrokartono di Pesarean 'Sidomukti' bukanlah suatu makam yang mewah namun sederhana bila dibanding makan Adipati Ario Tjondronegoro III dan lainnya.
Â
Â
Â
Yang lebih unik lagi di area Peserean 'Sidomukti' ini banyak tempat yang sudah di kapling yang menjadi bakal pemakaman dari keluarga trah Condronegoro lain yang masih hidup. Tempat calon makam menunjukkan kedekatan dari trah tersebut, ada yang di dalam pagar gerbang ada pula yang di luar gebang.
Demikian ulasan saya tentang Pesarean 'Sidomukti' dan RMP. Sosrokartono, bila anda sedang berkunjung ke Kudus, sempatkanlah singgah di Pesarean 'Sidomukti' ini, di samping wisata religi jiarah ke Makam Sunan Kudus dan Makam Sunan Muria yang semuanya terdapat di Kudus.
Oh ya ada yang menarik pada desa Kaliputu yang menjadi area Pesarean 'Sidomukti' ini karena di desa Kaliputu terdapat 3 area Pemakaman. Pertama, Pesarean 'Sidomukti', kedua, Makam Pahlawan Setia Pertiwi Kudus, dan ketiga pemakaman umum yang paling luas di Kudus. Penduduk desa Kaliputu sebagian besar berwirausaha sebagai pembuat Jenang Kudus, karena desa Kaliputu merupakan cikal bakal Jenang Kudus pertama kali. Maka setiap tanggal 1 Muharam diadakan kirab 'Tebokan' sebagai bentuk perwujudan rasa syukur atas penghasilan mereka dari berwirausaha jenang kudus. Untuk lebih jelasnya bisa dibaca tulisan saya berikut ini :
Â
Kudus, 15 November 2015.
' Salam Sejahtera Selalu'
Dinda Pertiwi
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H