Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[KC] Hatiku Bukan Pualam, Jo

2 Oktober 2015   15:02 Diperbarui: 2 Oktober 2015   16:25 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumer gambar; birulangit04.wordpress.com"][/caption]No. 3  Dinda Pertiwi

Sudah sepuluh tahun pernikahan kami berlangsung, 2 buah hati kami pun telah hadir. Dua lelaki yang tumbuh pintar, lucu, dan tampan Gilang dan Dimas, telah mengisi kebahagian keluarga kami. Gilang sudah kelas 2 SD dan Dimas TK. Anak-anak kita tidak tahu kalau dia dilahirkan dari orang tua yang tidak saling mencintai. Maafkan aku anak-anakku.

Aku terpaksa menikah dengan Jo…disaat aku sedang mengalami guncangan hebat dalam hidupku. Aku menikah untuk menutup luka dan sakit hatiku pada Doni kekasihku saat itu. Aku dan Doni sudah menjalin kasih sejak bangku SMA , tepatnya sejak naik kelas 2 SMA. Walau saat itu cinta kami hanya sekedar cinta monyet belaka, namun dengan bertumbuhnya waktu dan kebersamaan kami , aku sungguh sangat mencintai Doni. Sampai kita sama-sama duduk di bangku kuliah, kita sekampus walapun tidak se fakultas. Bahkan kita juga wisuda bersama-sama.

Namun sayang setelah selesai kuliah, kami ditakdirkan untuk berjauhan. Sementara aku mendapatkan pekerjaan di sebuah kota kecil dan Doni di sebuah perusahaan di Jakarta. Namun setiap liburan Doni masih selalu mengunjungiku….sampai tahun ke 3….Doni semakin jarang berkunjung. Dengan berbagai alasan kesibukan karena karirnya yang semakin menanjak. Di tahun ke 4 dan ke 5 kunjungan Doni semakin berkurang, hingga bila aku yang libur aku menyempatkan datang ke Jakarta menemui Doni.

Hingga tahun ke 6 setelah lulus, Doni belum juga ada tanda-tanda hendak melamar dan menyuntingku. Ketika aku Tanya , berbagai alasan kesibukan pula yang menjadi penyebabnya.
Hingga akhirnya aku mendapatkan Doni sedang berdua dengan seorang wanita di Apartemennya di saat aku datang tanpa memberi tahu lebih dahulu. Mereka sangat gugup dan Doni tak dapat berkata-kata lagi. Mulai saat itu aku memutuskan untuk berpisah dan tak mau ketemu Doni lagi.

Di tengah keterpurukanku Jo tiba-tiba datang dan langsung mengajakku menikah. Jo adalah temen sekantor walaupun beda divisi, walau jabatannya ada di bawahku tapi rangnya sangat baik dan pintar. Tak apalah…..aku yang sedang kalut menerima saja ajakan Jo…..walaupun aku sama sekali tak mencintainya…

Aku pikir toh…nanti lama-lama cinta akan tumbuh juga. Namun sayang …sakit hatiku pada Doni belum terobati juga….hatiku gersang, kering….Jo tak bisa masuk dalam hatiku…mengisi hatiku yang kosong.

Aku dan Jo…hanya sekedar menjalani rutinitas dan tanggung jawab sehari-hari saja….rumah tangga kami bagai di tengah padang pasir yang tandus. Hanya celoteh Gilang dan Dimas saja yang bisa menghibur hatiku.

Hingga suatu malam……aku mendengar suara sesenggukan dari seseorang yang sedang berdoa…..ternyata Jo sedang menjalani Sholat malam. Dikeheningan malam aku mendengar dengan jelas doa-doa yang dilantunkan Jo dalam isak tangisnya.

“ Ya..Allah …bukalah hati istriku sedikit saja…agar dia mau mencintaiku, setidaknya dia tidak menyiksa aku seperti ini….aku sangat mencintainya Ya Alllah…..buka lah hatinya. Tanamkan rasa cinta padanya, ijinkan istriku untuk melupakan masa lalunya….aku ingin membuatnya bahagia Ya.Allah….”

Hatiku miris…..aku merasa sangat bersalah…apa aku harus berpura-pura mencintai suamiku… aku terus bimbang. Hampir setiap malam, di sepertiga malam diam diam aku selalu mendengarkan doa-doa yang dilantunkan suamiku.

Lama-lama entah karena iba..entah karena apa…aku merasa ada sesuatu bila berada di dekat Jo…tidak seperti biasanya. Aku merindukan dan cemas bila dia datang terlambat, tidak seperti dulu-dulu aku sangat cuek pada suamiku. Entahlah….yang jelas hatiku bukan pualam….yang keras sekali. Yang tak mempan dengan tetesan air yang tiap hari menyejukkannya.
Aku luluh dalam dekapan cinta suamiku….yang selama ini hanya aku anggap pelarian belaka….

Hatiku bergetar bila sedang di dekatnya, rasanya kini aku telah jatuh cinta….ya aku jatuh cinta pada suamiku sendiri……

Hingga pada suatu malam, di saat suamiku sedang berdoa di sepertiga malam, aku tak tahan lagi untuk segera masuk di ruang sholat suamiku, aku segera menghambur dalam pangkuannya….kami menangis berdua…..suamiku mendekapku eraat sekali.

“Maafkan aku Pa……..maafkan aku yang buta ini….menyia-nyiakan cinta papa yang sungguh besar hanya karena mengingat masa lalu…..maaf kan Mama….Pa…..Mama sangat mencintai Papa…mulai saat ini…sampai kita sama-sama di panggil Illahi…”.

“ Maafkan ..Papa…juga Ma……kurang bisa mengambil hati dan membuka pintu cinta Mama…..terima kasih sudah mau mencintaiku Ma…..terima kasih Ya Allah…..engkau telah mengabulkan doa-doa hambamu ini….”.

Malam pun semakin larut, Jo…..mendekapku semakin erat dan membopongku masuk ke kamar tidur kami….dengan penuh cinta dan kasih sejati..…kami menghabiskan sisa malam dengan penuh nikmat cinta yang sangat memabukkan kami….hingga Adzan Subuh terdengar.

 

NB : untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Comunity

silahkan bergabung di group FB Fiksiana Communiy

 

Kudus, 2 Oktober 2015

'salam fiksi'

Dinda Pertiwi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun