[caption caption="daerah perbatasan : kaskus.com"][/caption]
Â
no. 25 Dinda Pertiwi
Â
Bagaimana bisa lantang kau teriak ...Merdeka..Merdeka..Merdeka
sementara lautan lepasmu bebas dijamah pengeruk ikan kapal asing
hutan-hutan di Papua, Andalas, Borneo, dan Sulawesi terbelah terhisap pemodal kompeni
dan kita hanya jadi pekerja, sambil melihat hasil tambang terbawa entah kemana
benarkah kekayaan alam kita sudah merdeka ?
Bagaimana bisa lantang kau teriak ...Merdeka..Merdeka..Merdeka
sementara sekolah-sekolah hanya mampu mencetak buruh buruh pengabdi
sekolah-sekolah mewah tanpa dedikasi, dan guru-guru hanya mengejar sertifikasi
dan mereka yang cendekia lebih suka mengabdi di negeri yang mau mengupah tinggi
benarkah pendidikan kita sudah merdeka ?
Bagaimana bisa lantang kau teriak ...Merdeka..Merdeka..Merdeka
sementara bapak ibumu hanya buruh tani, atau pengembala sapi
hasil panennya cukong-cukong yang mengakangi, dan kartel kartel penuh ambisi
di pasar harga-harga meroket tinggi, dan petani hanya gigit jari
benarkah petani kita sudah merdeka ?
Bagaimana bisa lantang kau teriak ...Merdeka..Merdeka..Merdeka
sementara di majelis-majelis taklim ustad-ustad terus dihujat tak berderajat
beragama jadi guncingan, ketaatan diduga sebuah siasat
benarkah agama kita sudah merdeka ?
Kita masih terus berjuang, karena negeri ini baru setengah Merdeka...
dan setengahnya tugas kalian yang akan mengisi
Â
Â
Â
Â
Â
Kudus, Senin 17 Agustus 2015 ; 14:15
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H