Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kemarau di Bulan Pebruari

17 Februari 2015   16:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:03 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

resah ini tak terjabar ketika pagi-pagi mentari menyengat di ujung-ujung pelataran yang tersekat sengatan tak biasa yang gantikan rinai melesat engkau masih juga diam tercekat harusnya air itu mengalir dahsyat bukan kering kerontang erat mengendap "biarkan aku sejenak menemanimu Jeng...." rengekmu lewat WA yang membuatku sedikit terhibur musim tak pengaruhi setiamu pada ketololan yang sulit kulebur engkau memang tak harus hadir apalagi menabur benih-benih yang tak kan mungkin bersemi di kemarau ini Pebruari harusnya hujan sehari-hari tapi siapa bisa menebak hati yang terus sendiri memilah-milahnnya sulit sekali mana Pebruari mana hati yang tersakiti jadi biarkan kemarau ikut datang merasuki aaah..sekali ini saja.....!!!? biarin meredup sendiri bersama burung-burung yang bernyanyi... melebur perlahan dalam sisa-sita tulus hati menikmati serah yang datang tiada henti menghitung sia-sia setiap butir tetes air yang mengalir air mata yang lagi punya arti buat kami sudahlah toh Pebruari hanya 28 hari setelahnya engkau boleh teruskan berlari melangkah , menari bahkan menghilang pergi aku belum ingin sendiri maafkan... aku. Kudus , 17 Pebruari 2015 ; 09:05 'salam fiksi' Dinda Pertiwi sumber gambar

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun