Mohon tunggu...
Sri Sosanti
Sri Sosanti Mohon Tunggu... Guru - Guru/SMPN 34 Sijunjung

Hobi membaca novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penantian Panjang

17 Desember 2023   20:06 Diperbarui: 28 Desember 2023   07:24 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih teringat jelas diingatan ku ketika pertama kali menginjakkan kaki di tempat ini, tempat yang mengajarkan aku arti hidup. Jauh dari orang tua dan tinggal dikampung orang membuat aku susah untuk bersosialisasi, karena memang bukan keinginan ku. Aku mencoba ikhlas menerima permintaan ibu ku untuk pulang dari tempat aku mengajar di sebuah kota besar. Meski banyak impian ku yang belum tercapai namun apa daya panggilan orang tua membuat aku luluh.

Aku mencoba mengikuti tes guru kontrak di sebuah kabupaten di profinsi yang sama dengan daerah ku namun bukan di kampung aku sendiri, karena memang saat itu daerah tersebutlah yang membuka peluang untuk penerimaan guru kontrak. Rasa bimbang ada namun semua ku tepis demi membahagiakan sang ibu tercinta.

Senang sudah pasti bagi peserta yang lulus, namun entah mengapa bagiku ini sangatlah berat karena masih kepikiran ditempat ku mangajar sebelumnya meski diswasta tetapi aku sudah sangat nyaman disana. Tinggal dikota besar, banyak teman dan gaji yang sangat memadai membuat aku tidak bisa melupakan semuanya.  Meski didepan ibu terlihat aku biasa saja namun batin ku masih menjerit.

" Bu Alhamdulillah aku diterima menjadi guru kontrak".

Dengan ekspresi datar aku memperlihatkan hasil dari pengumumannya.

" Alhamdulillah, apa kata ibu...untung kamu pulang bisa diterima mengajar di sekolah negeri dari pada di swasta kapan kamu bisa jadi PNS?".

Aku diam mendengarkan coloteh ibu, meski belum diterima PNS kelihatan raut wajah ibu ku yang begitu senang. Tak ingin rasanya merusak kebahagiannya dengan keegoisan ku. Aku buka ponsel ku sambil merebahkan tubuh ku di atas kursi empuk di rumah ku yang sudah mulai usang, ku lihat kembali foto -- foto saat ku bersama siswa ku dulu, sekolahnya yang bagus, di pinggir kota. Tak terbayang bagaiman mungkin aku bisa menjalani nanti di tempat yang baru.

            Kaget dan canggung untuk pertama kali berada dan mengajar di tempat yang baru, begitu jauh perbedaan dari tempat ku yang lama. Di desa , di pinggir bukit, sepi dan di sekolah kecil yang masih SSA tak kuasa batin ku menerimanya. Perlu waktu untuk ku meyakinkan hati ku disini. Semangat dan support dari keluarga mampu menguatkan ku menjalani semuanya.

            Selang waktu berjalan ku jalani semua itu, di awal memang terasa sulit namun lama kelamaan aku merasakan kenyamanan setelah tiga tahun ku jalani akhirnya disini juga ku menemukan jodoh ku. Empat tahun ku jalani bekeluarga dan mempunyai seorang anak, disini aku mulai ragu karena cukup lama mengabdi namun juga belum menjadi PNS, aku bimbang kebutuhan makin bertambah sementara aku masih sebagai guru kontrak. Aku mulai memutar otak ku, berperang dengan argumen -- argumen yang terkadang diluar kendali ku. Ada rasa iri melihat teman -- teman satu persatu sukses, sedangkan aku bergelut dengan keadaan yang tak pasti. Tujuh tahun sudah menjadi guru kontrak dan saat itu berganti nama menjadi Tenaga Harian Lepas (THL), apapun namanya tetapi tetap sama belum PNS. Bosan dan capek tiap hari pergi pagi pulang sore dengan status yang sama.

            Saat itu aku mencoba keberuntungan kembali dengan adanya peluang ku untuk mengikuti tes lagi. Aku berharap kali ini ada keajaiban untuk perubahan nasib ku, dengan semangat ku lalui semua proses dengan meminta restu kepada suami dan orang tua ku. Namun apa daya Tuhan masih belum berpihak kepada ku. Suatu seketika rasanya langit ini terasa runtuh dan mencmpakkan ku begitu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun