Generasi milenial ternyata masih tertarik untuk menyandang status PNS. Bukan semata jaminan hari tua dan tunjangan kinerja, tetapi karena reformasi birokrasi berbasis TI cocok bagi jiwa muda. Untuk lolos PNS, syarat prestasi akademik, "melek teknologi", menguasai bahasa asing wajib dimiliki.Â
Sedang kepribadian, sikap, perilaku, pengalaman, penampilan menarik menjadi nilai plus. Walau diakui Indeks Prestasi (IP) tinggi bukan jaminan  lolos Seleksi Kompetensi Dasar (SKD), dan Seleksi Kompetensi Bidang (SKB). Perlu ada keseimbangan hard skill, brain skill, soft skill dan "keberuntungan" yang dapat mengantarkan lolos Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).
Status CPNS, gaji masih 80 persen dari gaji pokok sesuai pangkat/golongan dan masa kerja. Untuk dapat menjadi PNS harus mengikuti diklat, agar gajinya 100 persen dan hak-hak yang melekat lainnya.Â
Jadi CPNS wajib menjalani masa percobaan yang dilaksanakan melalui Proses Diklat Terintegrasi (Pelatihan Prajabatan), sesuai dalam UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara pasal 63 ayat 3 dan 4 dan PP No.11 tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bila tidak lulus masih diberi kesempatan satu (1) kali, bila belum lulus lagi terpaksa tidak dapat diangkat sebagai PNS.
Bagi yang lulus Prajabatan, perjalanan meniti karir PNS wajib menyesuaikan irama kerja, yang penuh tantangan, hambatan, dan ujian. Kalau ujian tertulis dapat dijawab dengan ilmu yang dimiliki.Â
Kenyataan, kedatangan PNS baru (yunior) tidak selalu disambut dengan suka cita oleh para senior, karena "dianggap" sebagai ancaman yang menghalangi kebiasaan tidak baiknya.Â
Padahal semestinya disambut dengan suka cita, karena beban kerja dapat dibagi secara proporsional dan profesional. Para senior, merasa tidak nyaman, karena kalah bersaing dalam segala hal. Akibatnya muncul penyakit hati iri, dengki, srei, sebagai bibit "Toxic Relationship".
Toxic Relationship terjadi karena setiap orang mempunyai watak, dan karakter berbeda baik dan buruk. Ada PNS yang selalu ingin dihargai, dihormati, didengan pendapatnya, tetapi dia sendiri tidak imbal balik melakukan hal yang sama. Ada PNS banyak bicara sedikit kerja, karena untuk menutupi kekurangannya.Â
Ada PNS seperti "tong kosong berbunyi nyaring, air beriak tanda tak dalam". Ada PNS Â "merasa" sebagai anak emas dan dipercaya pimpinan, sombong, dominan, menonjol, egonya tinggi, menangan, tukang menggosip, menfitnah.
Ada PNS yang suka menjilat atasan, menginjak bawah, dan menyikut kanan kiri. Suka membolak balik fakta dan data dihadapan pimpinan, bermuka banyak, jiwa bunglon, suka mengadu domba.Â
Paling beracun dan berbisa tutur kata memikat, halus, ternyata sebagai "kedok", topeng, untuk menutupi niat jahatnya. Sering mencuri ide orang lain diaku sebagai hasil karyanya, karena terlalu ambisius agar diakui keberadaannya.Â