Masa Pandemi Covid-19 masih menjadi "momok" yang mencemaskan, tidak ada yang tahu kapan berakhir. Di beberapa daerah diakui sudah memberlakukan PSBB masa transisi, Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), dan membuka destinasi wisata agar perekonomian mulai bergerak.Â
Bukan berarti mengabaikan faktor kesehatan yang tetap menjadi prioritas utama. Namun mencari rejeki ditengah pandemi juga harus berjalan, karena untuk memenuhi kebutuhan pokok yang tidak dapat ditunda.
Pemerintah pun sudah mengucurkan dana untuk menanggulangi Covid-19 bagi yang berdampak langsung, khususnya para pelaku sektor informal. Kebijakan "di rumah saja", sangat dirasakan oleh mereka yang mengandalkan aktivitas untuk mencari penghidupan yang harus dilakukan di luar rumah.Â
Roda perekonomian diakui berjalan melambat, bahkan berhenti dititik nol karena semua aktivitas sekolah/kuliah, bekerja dan beribadah dilakukan di rumah.
Selama 8 (delapan) bulan masyarakat sudah terbiasa hidup bersama pandemi Covid-19. Artinya mulai melakukan kegiatan di luar rumah secara bertahap dengan protokol kesehatan ketat. Tidak boleh kendor dan mengabaikan protokol kesehatan.Â
Tetap memakai masker, jaga jarak aman, menghindari kerumunan, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir. Namun kenyataannya, orang-orang dalam menjalani kehidupan "New Normal", seperti kondisi sudah normal. Berkerumun, tidak memakai masker, tidak mencuci tangan, padahal Covid-19 masih ada disekitar kita yang tidak dapat dilihat oleh mata. Â Â
Liburan panjang di masa pandemi Covid-19 karena cuti bersama tanggal 28 dan 30 Oktober, serta peringatan Maulid Nabi tanggal 29 Oktober 2020, tidak menyurutkan niat pergi ke luar kota. Walau ada himbauan pemerintah untuk tidak keluar kota karena masih masa pandemi Covid-19. PSBB transisi, diperlonggar, tidak ada penutupan jalan antar wilayah, sehingga leluasa bepergian antar kota dalam/luar propinsi. Walau dari kota asal, dalam perjalanan sampai kota tujuan tetap mengikuti protokol kesehatan. Â
Yogyakarta menjadi salah satu tujuan untuk menikmati libur panjang karena aneka destinasi wisata yang dimiliki. Mobil pribadi berplat luar daerah mendominasi jalan-jalan sempit di kota Yogyakarta.Â
Kondisi ini sebagai masa panen raya bagi para UMKM, pemilik hotel, penginapan, resto, kulineran yang selama ini sepi karena Covid-19. Tempat oleh-oleh khas Yogyakarta seperti  batik, kulit, souvenir, bakpia, yangko, kipo, emping, gudeg, ingkung dan ayam goreng dibanjiri konsumen.
Barang dagangan para pelaku usaha laris manis, habis tidak bersisa di masa pandemi Covid-19. Libur panjang diakui membawa berkah dan dapat menggerakkan roda perekonomian kembali menggeliat. Destinasi wisata laut, alam, budaya, ikon Yogyakarta Malioboro diserbu para wisatawan domestik.Â
Parkiran mobil penuh, jalanan macet di setiap persimpangan, menandakan Yogyakarta sebagai tempat yang ramah, nyaman, aman untuk refreshing setelah "bosan" di rumah selama 8 bulan.