Topik tentang haji tidak pernah "out of date", yang dapat ditulis kapan saja tidak harus menunggu musim haji. Kompasiana kali ini mengangkat topik pilihan tentang "Mewujudkan Impian Pergi Haji Sedini Mungkin". Tak ayal topik ini menggoda jari-jari untuk menari diatas "tuts keyboard". Terima kasih Kompasiana yang tidak bosan-bosannya mengirimkan kabar tentang topik pilihan di profil kompasianer.
Keinginan pergi haji sudah mulai merasuk dalam hati sejak tahun 2000, dan semakin menggebu setiap kali menghadiri undangan pengajian pelepasan haji atau penyambutan haji. Berdasarkan pengamatan setiap orang yang pulang haji selalu mempunyai pengalaman spiritual yang berbeda-beda. Pengalaman spiritual itu seperti misteri yang kadang tidak bisa diterima dengan akal sehat.Â
Ada yang mengatakan:"Di Tanah Suci itu Alloh SWT spontan memberi balasan dan peringatan setiap perilaku, sikap, ucapan dan tindakan umatNya". Bahkan ada yang mengatakan di Tanah Suci diputarkan kembali apa yang telah dilakukan ketika di Tanah Airnya. Sangat manusiawi ketika mendengar cerita demikian dapat menyurutkan niat suci pergi haji, karena "merasa" belum siap secara batiniah, walau semua syarat dan rukunnya telah terpenuhi.
Sebaliknya, pengalaman spiritual yang menarik saat di Tanah Suci karena merasa nikmat, nyaman, tenang, dapat fokus ibadah tanpa gangguan pekerjaan rutin, kerinduan untuk mewujudkan pergi haji semakin tak terbendung. Pada tahun 2000 itu pergi haji tidak ada masa tunggu, bila sudah mendaftar, membayar ONH, dan melengkapi syarat-syaratnya, langsung dapat berangkat pada musim haji tahun itu juga.Â
Bahkan ada orang yang pergi haji setiap tahun, karena belum ada batasan yang diatur dalam perundang-undangan tentang haji dan umrah. Pergi haji adalah orang-orang pilihan yang mampu membayar ONH, mempunyai ilmu agama dan melaksanakan sesuai dengan akidah, tuntuan Al Qur'an dan Hadist, berbekal niat lahir batin, berusia lanjut karena diniatkan meninggal di Tanah Suci.
Ketika niat tulus dan ikhlas itu sudah ada, ternyata Alloh SWT memberi kemudahan untuk mengumpulkan rejeki yang halal dan barokah. Secara matematika gaji seorang PNS biasa di PTN ternama dan suami peneliti tidak pernah tersisa untuk ditabung, namun hanya cukup untuk biaya sekolah dan kebutuhan selama sebulan. Hidup sederhana, selalu mensyukuri nikmat dan karuniaNya, mencari rejeki yang halal, jujur, menjaga perilaku, tutur kata, sikap dan tindakan, tidak meremehkan orang lain selalu menjaga amanah, menjadi pedoman dalam kehidupan sosialnya.Â
Kalau niat pergi haji sudah bulat, ternyata benar ada rejeki yang datangnya  tidak terduga dan dari arah mana saja. Tidak pernah terbayang, ilmu dari tugas belajar di Universitas Indonesia selama 4 smester (1989-1991) mengikuti progran "dobel degree" S1 Khusus Hukum (sudah S1 ilmu Hukum), kuliah di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Jurusan Ilmu Perpustakaan, ternyata membawa berkah untuk mewujudkan pergi haji di usia 49 tahun.
Waktu itu lulusan S1 ilmu perpustakaan masih sangat jarang, langka, dan sering dicibir serta nyinyiran:"Kenapa kerja di perpustakaan sebagai penjaga buku dikirim tugas belajar?". Mereka tidak tahu proses yang harus dijalani penuh dengan tantangan dan perjuangan. Mereka tidak pernah merasakan tugas belajar meninggaalkan keluarga (suami, anak balita 2 orang, dan membawa batita usia 8 bulan).Â
Namun cibiran itu justru semakin memacu semangat untuk meraih prestasi sekaligus "promosi perpustakaan dan profesi pustakawan". Berbekal motivasi dari dosen di UI (Almh Ibu Lily Koeshartini Somadikarta), dosen di tempat kerja (Alm. Bapak Mohammad Fajrul Falaakh, Alm. Bapak Hery Iswanto, dan Bapak Wahyu Widodo), agar menulis karena d perpustakaan itu sebagai gudang ilmu.
Untuk menulis, awalnya ragu apa bisa karena tidak mempunyai ilmunya dan takut mengingat banyak orang pinter di lingkungan kerja. Namun perasaan itu dibuang jauh-jauh dan mencoba menulis untuk materi ceramah di depan perkumpulan haji yang mayoritas dosen, dan para dosen di poltekes. Tulisan itu dimuat di majalah haji "Lazuardi", rasanya senang sekali karena baru pertama kali, seakan tidak percaya nama saya muncul di majalah yang dibaca orang banyak.Â
Hal ini semakin memicu semangat untuk menulis dan menulis terus, mulai mencoba dikirim di mingguan Mitra Desa, Joko Lodang, harian Kedaulatan Rakyat, Bernas, dan Kompas.Â
Walau tidak semua tulisan dimuat, namun saat muncul nama saya terpampang rasanya senang sekali, apalagi mendapat honor. Mengikuti lomba menulis karya ilmiah populer di berbagai acara, kompetisi hibah penelitian. Bila menang, mendapat hadiah (piala, uang pembinaan, kambing) merasa bangga melebihi harga nominal hadiah. Kalaupun kalah adalah hal biasa, artinya ada yang lebih baik.
Selain itu berbekal ijazah S1 ilmu hukum dan S1 ilmu perpustakaan plus sertifikat "Pekerti" (semacam akta mengajar), mendapat kesempatan dan tawaran sebagai nara sumber di berbagai seminar, mengajar diklat, D3 dan S1 ilmu perpustakaan.Â
Konsekwensi semua itu mendapatkan honor berupa nilai rupiah, atau sekedar ucapan terima kasih yang lagi-lagi menjadi bahan "nyinyiran" sepanjang waktu. Merekapun tidak pernah peduli perjuangan, kerja keras untuk mencari referensi, membaca materi kuliah, seminar, membuat soal ujian, memberi nilai, melakukan dan membuat laporan penelitian.
Dari semua rejeki yang halal dan barokah tersebut akhirnya pada bulan Juni 2006 mendaftar haji dan berangkat pada bulan Desember 2006 pulang awal Januari 2007. UU No.13 Tahun 2008 telah diganti  UU No.8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah, pemerintah berusaha untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan penyelenggaraan haji dan umrah, agar aman, nyaman dan tertib sesuai syariat.Â
Berhubung peminat untuk pergi haji terus meningkat, sedang kuota terbatas maka masa tunggu semakin lama. Sekarang mendaftar dengan menyetorkan uang sebesar Rp 25.000.000,-, baru 26 tahun lagi diberangkatkan. Dapat dibayangkan kalau tahun ini sudah berusia 34 tahun, saat berangkat nanti usianya sudah 60 tahun. Semoga diberi kesehatan dan kelancaran. Amin.
Yogyakarta, 7 Februari 2020 Pukul 01.13
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H