Termasuk perpustakaan digital yang saat ini diandalkan di berbagai perguruan tinggi karena modern dan hebat, "terpaksa" memasang pengumunan "maaf pelayanan perpustakaan digital sedang off". Semua rencana tertunda, penelusuran tidak dapat dilakukan dan data tidak dapat diakses. Akibatnya "terpaksa" kembali ke koleksi cetak sebagai bahan referensi hasil penelitian.Â
Artinya koleksi cetak tetap perlu dikoleksi walau dalam jumlah eksemplar yang terbatas, di tengah maraknya perpustakaan digital. Apalagi ada yang membanggakan konsep "digilib cafe" yaitu perpustakaan digital yang menyediakan ruangan untuk cafe di suatu perguruan tinggi, di akui sebagai idenya.Â
Padahal sejatinya tinggal melanjutkan rintisan yang telah dibuat oleh pendahulunya. Saat diminta pendapatnya ketika membuat proposa tentang digilib cafe, tidak secuil pun ide  dikeluarkan. Sekarang apa yang bisa dibanggakan perpustakaan digilib cafe ketika listrik padam ?. Masihkah menepuk dada mengakui semua itu idenya ?.
Yogyakarta, 9 Agustus 2019 Pukul 18.38.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H