Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Lulusan Baru Perguruan Tinggi, Kompetensi atau Pengalaman yang Dibutuhkan?

29 Juli 2019   08:19 Diperbarui: 6 Agustus 2019   22:57 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih ada lulusan program S1 perpustakaan yang nasibnya seperti lulusan gizi. Sudah menghasilkan lulusan S1 perpustakaan tetapi kondisi perpustakaan  masih "relatif" belum banyak berubah. Kecuali perpustakaan perguruan tinggi yang mulai menunjukkan arah kemajuan. 

Pustakawan bukannya dari lulusan ilmu perpustakaan, tetapi diambilkan dari PNS yang sudah bekerja di-"inpasisng" masuk menjadi pustakawa  sesuai syarat dan ketentuan. Artinya tidak perlu dibuka lowongan untuk lulusan S1 perpustakaan, tetapi mengangkat orang yang sudah ada. 

Apapun alasannya kondisi ini seakan "memaksakan" pòsisi pustakawan diduduki oleh orang-orang yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan  ilmu perpustakaan. 

Lucunya untuk menjadi pustakawan hanya perlu diklat selama 3 bulan, padahal belajar ilmu perpustakaan minimum butuh waktu 3,5 sampai 4 tahun. Sungguh kondisi yang ironis karena berlakunya "politik kebijakan". Akibatnya kondisi berbagai jenis perpustakan di Indonesia tetap stagnan.

Kembali ke persoalan kompetensi atau pengalaman untuk lulusan baru dari perguruan tinggi. Idealnya memang keduanya yang dituntut dunia kerja saat ini. Kompetensi diperoleh selama menuntut ilmu di perguruan tinggi, sedang pengalaman  diperoleh di "universitas kehidupan". 

Artinya selama berstatus menjadi mahasiswa wajib mencari pengalaman sebanyak-banyaknya selain di lingkungan  kampus dapat diperoleh di luar kampus, dilingkungan sosial dimana dan dari mana mereka berada. Persoalan "soft skill" tidak dapat instan, tetapi perlu waktu dan proses. 

Paling tepat soft skill dimulai sejak dini usia SD, sehingga begitu lulus perguruan tinggi sudah siap memasuki dunia kerja yang sangat berbeda dengan dunia kuliah. 

Masalahnya lara lulusan bàru  mulai tersadar saat masuk di dunia kerja yang terbentur dengan persoalan wawancara, isi CV standar tidak ada yang dapat "dijual" dan menarik bagi perusahaan multi  nasional, BUMN, PNS, atau di lingkungan Swasta. 

Kompetensi tinggi dan pengalaman yang menarik menjadi modal untuk masuk jalan tol dunia kerja. Tidak percaya ?. Silahkan dibuktikan, masih kuliah pun sudah mendapat "kursi" di perusahaan atau perkantoran.

Centre Point Sukhumvit, 29 Juli 2019 pukul 08.19

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun