Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anak Genius Sukses Terus, Benarkah Tidak Pernah Mangalami Kegagalan?

19 Juni 2019   11:06 Diperbarui: 6 Juli 2019   11:54 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:https://pixabay.com

Siapa yang tidak bahagia dan bangga mempunyai anak yang kecerdasan intelektual diatas rata-rata dibanding anak pada umumnya. Bisa dibilang genius, soal-soal matematika, fisika, kimia, sebagai permainan yang menyenangkan dan mengasyikkan. 

Wajar bila selalu mendapat nilai sempurna setiap ulangan, lomba olimpiade, dan ujian sekolah. Juara olimpiade diberbagai kesempatan dan tingkatan, adalah hal biasa. 

Pendek kata kesuksesan dan prestasi selalu mengiringi dalam keseharian. Piala, piagam penghargaan  berjejer dan tersusun rapi menghiasi rumah dan sekolahnya, menjadi kebanggan dan motivasi bagi siapa saja yang melihatnya. Decak kagum, sambil bibir berucap "luar biasa", anak ini makanannya apa, dan bagaiman belajarnya ?.

Anak genius dengan segala prestasi yang membuat semua orang kagum, dimata lingkungan sosialnya nyaris tidak pernah mengalami kegagalan dalam capaian akademiknya.

 Ibaratnya semua halangan, tantangan, rintangan untuk menembus lubang sebesar jarumpun dapat dilalui dengan gemilang. Pendek kata semua proses yang berkaitan dengan intelektual cepat dipahami, dimengerti dan diselesaikan. 

Soal-soal pelajaran sulit yang bagi orang lain harus bersusah payah memahami dan perlu penjelasan berkali-kali dapat diselesaikan dalam tempo sesingkat-singkatnya. Logika berpikirnya cepat berjalan dan dapat menyelesaikan dengan sigap, cekatan, dan benar.

Dibalik semua itu apakah anak genius juga memiliki intelektual secara sosial, spiritual, dan emosional dengan baik ?. Artinya dapat menjalin hubungan secara horisontal dan vertikal dapat seimbang, selaras dan serasi ?

Demikian juga dalam mengelola emosinya, ketika terjadi friksi-friksi yang dialami dalam pergaulan sosial ?. Jujur saya bukan ahli dibidang ini semua, tetapi terlalu berani untuk mengungkap tulisan yang bukan ranahnya.

 Bukan maksud untuk menggurui, tetapi sekedar berbagi dari pengalaman dan pengamatan melihat fenomena anak-anak genius yang ditemui dalam lingkungan sosial.

Tidak dapat disangkal, anak genius secara intelektual mempunyai otak cemerlang. Namun dibalik kehebatan itu (walau tidak semuanya demikian), ternyata pola pikirnya yang selalu ideal, sempurna, tidak dapat menerima "sesuatu" yang asal-asalan, apalagi kegagalan. 

Jadi ekspektasinya terlalu tinggi dan tidak boleh gagal, semuanya harus sukses, berhasil. Pola pikir demikian ini kadang membahayakan pada diri dan lingkungannya, apabila tidak ada yang memahami apalagi mengarahkan dengan pendekatan norma-norma agama, sopan santun, etika, kebiasaan dan hukum. 

Lagi-lagi orang tua khususnya ibu yang harus selalu mendampingi, bila suatu saat anak mengalami kegagalan, jiwa raganya dapat menghadapi kenyataan dapat menerimanya dengan sabar, tawakal, dan ikhlas.

Kegagalan tidak saja dalam prestasi akademik, tetapi juga dalam menjalin hubungan sosial dengan lingkungannya, termasuk dalam hal "cinta". Jalan pintas dapat ditempuh ketika sudah tidak menemukan jalan lurus yang lebar dan bebas hambatan. 

Tindakan tragis dan menggenaskan bisa saja diambil sebagai upaya untuk mengakhiri persoalan yang mendera. Peran ilmu agama sangat dominan agar anak dapat memahami bahwa:"diatas langit itu masih ada langit", tidak ada yang sempurna dan kekal di dunia  ini. Tidak ada persoalan yang tidak dapat diselesaikan. 

Setelah kegagalan ada kesuksesan. Mundur selangkah, maju tujuh langkah. Jadi kegagalan adalan sukses yang tertunda, skenario Alloh SWT lebih indah daripada skenario manusia. Menghadapi kegagalan perlu manajemen emosi, agar anak genius ketika gagal tidak meledak-ledak yang dapat merugikan dan membahayakan diri dan orang lain.   

Selain orang tua yang bisa mendampingi anak genius ketika mengalami kegagalan, sahabat sejati bisa mengurangi beban persoalan yang dialami. Masalahnya, apakah  anak genius mempunyai sahabat sejati ?

Hal ini mengingat anak genius suka menyendiri, tidak mau berbaur dengan teman sebayanya sehingga dari penilaian orang awam, anak genius itu "kadang" mempunyai perilaku aneh. 

Pernah tahun 2009 satu bis dengan anak genius, juara olimpiade dunia bersama dengan para orang berprestasi diajak ke Dufan. Dalam perjalanan kepingin buang hajad kecil, tanpa pikir panjang minta pak sopir bis agar menghentikan laju kendaraan. Setelah berhenti dipinggir jalan, dengan cuek, santai tanpa malu membuang hajad kecil dibalik roda bis. Ini contoh kecil dan sepele, bagi awam pasti minta berhenti di pom bensin, atau tempat umum yang ada toiletnya.

Jadi mempunyai anak genius pastinya sebagai orang tua sangat bangga, tetapi yang tidak boleh dilupakan adalah menanamkan ilmu agama sebagai landasan hidupnya, supaya bila suatu saat mengalami kegagalan dalam kehidupannya tidak "limbung" dan kosong jiwanya. 

Selain itu bersosialisasi dan bermain dengan teman sebaya adalah hal yang perlu dilakukan, karena dari situlah dapat mengenal kehidupan orang lain yang mempunyai aneka kegagalan dalam kehidupannya, tetapi tetap tegak berdiri, tidak mudah putus asa. Apalagi sampai depresi berat yang dapat mengakhiri hidupnya. Tragis bukan ?.

Yogyakarta, 19 Juni 2019 Pukul 10.38

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun