Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jejak Peradaban "Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat"

2 April 2019   21:16 Diperbarui: 2 April 2019   21:25 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 1812 Keraton Yogyakarta diserang Inggris dibawah pimpinan Gubernur Thomas Stamford Raffles. Prajurit Sepoy asal India menyerang Keraton Yogyakarta, akibatnya keraton diduduki, harta benda dan ribuan karya tulis sastra Jawa dijarah, Sri Sultan HB II ditangkap dan diasingkan ke P. Pinang hingga 1815. Penyerangan ini terkenal dengan sebutan "Geger Sepoy", lidah Jawa menyebut dengan istilah "Geger Spehi".

Selama Sultan HB II diasingkan kondisi Keraton dilanda krisis kepemimpinan. Sri Sultan HB III sebagai pengganti meninggal, dan digantikan putranya Sri Sultan HB IV, yang juga meninggal. Penggantinya adalah putra mahkota yang masih berusia 3 tahun dinobatkan sebagai Sri Sultan HB V.

Terjadi perlawanan terbesar sepanjang sejarah pemerintahan Kolonial Belanda dipimpin Pangeran Diponegoro. Sri Sultan HB II dipulangkan kembali dari pengasingan yang disebut Sultan Sepuh, selain sebagai penengah dapat sebagai ancaman bagi Belanda.

Pameran itu juga menampilkan naskah Arjuna Sasrabahu dalam tembang macapat, sebagai alegoris (KBBI artinya bersifat kiasan, perlambangan, ibarat). Ada juga "Gambar Songsong" (lukisan payung kebesaran), Pranata Garebeg Maulud, Serat Baratayuda (cerita perlawanan Pandhawa dengan Kurawa), yang ditulis dalam kembang macapat. Gambar Prajurit Keraton Yogyakarta, Pranatan Lampah-lampah panampi dalam bintang kehormatan. Serat Pawukon berupa kumpulan teks macapat dan prosa pawukon, ramalan, ilmu nujum, sebab musabab gempa bumi, gerhana.

Serat Kandha Ringgit Tiyang, dialog narasi pertunjukan wayang orang cerita Pragolamurti. Serat Kandha Bedhaya Utawi Srimpi, Serat Kandha Ringgi Tiyang Lampahan Semar Boyong Butul, dan Serat Pakem Wirama gendhing Slendro Pathet Sanga, Gendhing Sledro Pathet Nem, Slendro Pathet Mayuro.

Inilah manfaat yang dapat dipetik ketika "dolan bareng"/dolbar para anggota K-JOG, yang bukan sekedar jalan-jalan, tetapi mendapatkan manfaat, yang sangat rugi kalau dilewatkan begitu saja.

Demi untuk membuat tulisan ini saya harus kembali lagi ke pameran di Keraton Yogyakarta. Hal ini mengingat kunjungan pertama yang hanya mengandalkan daya ingat penjelasan dari petugas, ternyata masih "merasa" kurang materinya.

Yogyakarta, 2 April 2019 Pukul 20.16

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun