Kenyataan sering terjadi kerusuhan ketika ada liga sepak bola. Apalagi para suporter ketika mengikuti perlawatan di luar kota dengan bekal minim (bondo nekad/bonek), kadang membuat keresahan karena ulahnya. Melihat suporter tanpa bekal cukup sering menumpang truk kosong.
Sebagai orang tua selalu timbul pertanyaan ketika melihat mereka berombongan dipinggir jalan, apakah mereka pamit orang tuanya ?. Kenapa mengijinkan pergi keluar kota demi kesebelasannya. Bagaimana sekolahnya, mengingat masih usia anak-anak.  Mereka pergi tanpa pengawalan, tanpa bekal uang dan makanan  yang cukup.Â
Namun bukan berarti membolehkan segala cara ketika perut mulai lapar, memaksa mengambil hak milik orang lain, bagaimanpun ini dapat meresahkan dan menganggu ketertiban. Apakah ini sebagai "imbas" dari dunia persepakbolaan di Indonesia yang kesandung "mafia pengaturan skor".
Yogyakarta, 24 Februari 2019 Pukul 20.16 Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H