Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Benarkah Rezeki Itu Tidak hanya Berupa Uang?

31 Januari 2019   00:53 Diperbarui: 3 Juli 2020   18:22 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka beranggapan bahwa uang adalah segalanya, karena dengan uang segalanya dapat diraih. Selalu "merasa" haus dan kekurangan uang yang sudah menjadi haknya, sehingga menganggu, menunda, mengambil hak orang lain. 

Rasa haus rezeki uang ini bagaikan minum air laut, semakin banyak minum semakin kehauasan. Dari sinilah muncul sifat serakah, tidak  mensyukuri nikmatNya. Selalu melihat orang lain yang mempunyai uang lebih banyak, tanpa memperhatikan kemampuannya, "seperti pungguk merindukan bulan".

Namun bagi mereka yang beranggapan rezeki tidak harus berupa uang, selalu mensyukuri nikmatNya. Baginya kondisi sehat adalah suatu karuniaNya yang tidak dapat dinilai dengan uang berapapun. Bayangkan bila sakit dirawat di Rumah Sakit berapa biaya yang harus dikeluarkan, walau ada jaminan kesehatan ?. Oksigen, ketika sehat dapat dihirup dengan gratis, namun ketika sakit harus berbayar.

Selain itu hubungan pertemanan yang terjalin dengan baik adalah rezeki yang patut disyukuri. Niat  silaturahmi  dengan teman sekolah, kuliah ternyata dapat mendatangkan rezeki yang tidak pernah disangka. 

Sambutan yang ramah, tulus ikhlas, perhatian, pengorbanan (waktu, tenaga, materi) dari teman yang kita kunjungi adalah rezeki yang tidak terhingga. Percayalah kalau kita niatnya baik dengan teman seperguruan (bukan untuk memanfaatkan kedudukan dan jabatannya), pasti jalinan silaturahmi semakin menambah kedekatan persahabatan.

Lingkungan sosial yang baik dimana kita tinggal atau bekerja adalah rezeki juga yang mendatangkan rasa aman, nyaman, rasa kekeluargaan, kegotongroyongan, saling memahami, menghargai, rukun dan penuh kedamaian. 

Dapat dibayangkan bila lingkungan sosial kita egois, menang-menangan, tidak toleran, membuat tidak tenang dan tidak nyaman. Dimanapun berada orang sombong, angkuh itu pasti dibenci dan orang lain menjadi tidak simpati. 

Oleh karenanya saat ini ada kecenderungan "lingkungan sosial" menjadi salah satu pertimbangan menentukan dalam pembelian rumah tinggal.   

Terwujudnya rezeki selain berupa uang itu sangat tergantung pada sikap, perilaku, tindakan, ucapan yang kita lakukan. 

Menanam bibit kebaikan tidak ada ruginya karena diyakini akan tumbuh kebaikan, kalau bukan kita yang merasakan, anak cucu kita yang memetiknya. Sebaliknya menyebar kedzoliman, permusuhan, seperti menggali lubang celaka untuk dirinya dan keturunannya. Sungguh menyedihkan bukan ?.

Yogyakarta, 31 Januari 2019 Pukul 00.25

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun