Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tahun 2019 sebagai Tahun Politik, Apa Harapannya?

1 Januari 2019   12:36 Diperbarui: 4 Januari 2019   15:11 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemarin adalah kenangan, saat ini kenyataan, dan  esok hari sebagai harapan, demikian kehidupan yang dijalani oleh setiap insan ciptaanNya. Kenangan indah,menyedihkan, menegangkan, tawa, tangis, telah memberi warna kehidupan, dapat menambah segudang pengalaman yang dapat memberi inspirasi, semangat, motivasi bagi orang lain yang "merasa" memerlukan.

Acap kali roda kehidupan orang-orang disekitar kita yang kadang dibawah, kadang diatas menjadi referensi yang sangat berharga bagi kehidupan kita selanjutnya. Kalau kita amati ada orang dengan sikap dan perilaku yang mungkin bagi awam "aneh" dan "nyleneh", tetapi tidak bagi yang mengalami sendiri karena berbagai alasan yang melatarbelakangi.

Ada orang yang sangat "ambisius" bahkan menjurus ke "nafsu" untuk mendapatkan harta benda, kekuasaan dan pengaruh, sehingga jalan apapun ditempuh. Tidak pernah berpikir apakah tindakan, ucapan,sikap dan perilakunya menyakiti atau merugikan orang lain, asal tujuan pribadinya terpenuhi. Menginjak yang dibawah, menyikut kanan kiri, dan menjilat atasan sudah menjadi kebiasaan yang sering dilakukan untuk menjatuhkan lawan dan kawan yang "dianggap" menganggu sepak terjangnya.

Strateginya dilakukan secara kasar, nyata mudah dilihat sampai yang halus dan kasat mata, tetapi merugikan dan menyengsarakan.\

Di lingkungan perkantoran orang-orang dengan tipe ini selalu ada, yang membuat orang tidak nyaman untuk bekerja. Kalau diberi kekuasaan dan kepercayaan sewenang-wenang, adigang, adigung dan adiguna, serta tidak amanah.

Tahun 2019 yang sering dikenal sebagai tahun politik, sebagai orang awam hanya bisa berharap acara pileg dan pilpres pada tanggal 17 April dapat berjalan lancar, aman, damai, sehingga tercipta  kerukunan dan saling toleran.

Perbedaan pendapat adalah jamak dalam berdemokrasi yang berdasar Pancasila dan UUD 1945, lebih mengutamakan musyawarah untuk mufakat daripada terpecah dan terbelah. Berargumen dengan logika yang sesuai dengan norma-norma agama, etika, kebiasaan, dan hukum, tidak saling menghujat, mempropokasi, melukai, membenci dan mendedam.

Apapun hasilnya pileg dan pilpres adalah kemenangan bangsa Indonesia. Bukan sekedar kemenangan kelompok, golongan, suku, ras, agama, dan partai politik tertentu.

Hal ini agar tetap terjaga stabilitas politik, ekonomi, sosial budaya, yang tetap menjalin kerukunan, persatuan dan kesatuan karena merasa sebangsa, setanah air dan sebahasa Indonesia.

Masa-masa kampanye menjadi ajang tepat untuk adu program genius para kandidat dengan tujuan untuk mensejahterakan rakyat. Bukan sekedar debat kusir yang isinya justru semakin menjauhkan rakyat dengan para calon pimpinan dan wakilnya.

Kemerdekaan yang telah dinikmati selama 73 tahun lebih adalah perjuangan para pahlawan yang pantang menyerah berkorban tanpa pamrih, dan tidak pernah menikmati kemerdekaan itu sendiri.

Sungguh sangat sayang apabila pengorbanan para pahlawan yang gugur tidak dapat dinikmati oleh anak cucunya. Kemerdekaan adalah kebebasan dari penjajahan untuk mendirikan negara yang berdaulat dan bermartabat dimana dunia. Oleh karena itu marilah bersama-sama bersatu padu dalam balutan "Bhineka Tunggal Ika" berbeda-beda tetapi satu juga bangsa Indonesia.

Perbedaan suku, ras, agama, usia, jenis kelamin, asal-usul, bahasa, pandangan politik sebagai berkah yang harus dihormati, dipahami, bukan dipersoalkan. Tujuannya tetap sama sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV yaitu:"Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial".

Tujuan negara ini semestinya menjadi titik pijak bagi para kandidat dalam pilpres maupun pileg, sehingga program-program yang disampaikan langsung dapat dirasakan dan dinikmati oleh masyarakat yang benar-benar memerlukan. Jadi bukan sekedar program dapat berjalan lancar, tetapi mengabaikan data akurat yang ada di lapangan.

Disini perlu kejujuran pihak yang memberi informasi mulai dari RT, RW, Pak Dukuh, Pak Lurah adalah orang-orang yang mengetahui kondisi sebenarnya dari orang-orang yang menjadi sasaran program.

Awal tahun 2019 masih dalam suasana duka akibat musibah tsunami yang terjadi di perairan Selat Sunda, semakin menguatkan rasa saling empati, simpati, dan solidaritas terhadap sesama untuk meringankan beban penderitaan warga Banten dan Lampung.

Marilah mulai hari ini di awal tahun bersama-sama saling bergandengan tangan, untuk merajut tali persaudaraan yang melintas batas dan sekat pandangan  politik, suku, ras, agama dan antar golongan, dan kelas sosial, tanpa mengabaikan prinsip-prinsip yang mengandung unsur pembeda. Dalam berbangsa dan bernegara perbedaan adalah karunia dariNya, namun kerukunan, kesatuan, kedamaian adalah usaha umatNya yang dapat dilakukan oleh semua rakyat Indonesia. Semoga !

Yogyakarta, 1 Januari 2019  Pukul 12.04

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun