Mengubah mindset PNS yang sudah terbiasa bekerja tanpa perencanaan, target, sasaran, tujuan yang jelas, sesuai dengan SOP, memang tidak mudah. Hal ini karena tidak ada reward dan punishment, yang transparan, berkeadilan, dari instituti yang didelegasikan pada pimpinan.Â
Ada PNS yang jelas-jelas melanggar etika, norma susila, justru dipromosikan dan mendapat reward, karena dapat memutar balikkan data dan fakta di depan pimpinan. Sementara PNS yang jujur, berprestasi, mempunyai kompetensi justru disingkirkan karena ulah para pecundang yang suka "mencari muka" di depan pimpinan.
Bila lngkungan kerja penuh dengan trik-trik politik yang menjatuhkan teman yang "dianggap" rival dengan terang-terangan maupun secara halus, culas, maka  dimana kesetiakawanan, dan jiwa korp dalam tubuh  Korpri. Padahal Korpri dibentuk untuk menjalin persatuan dan kesatuan sesama anggotanya.Â
Dalam kondisi demikian maka kesejahteraan yang diperoleh PNS sekedar untuk memenuhi kepuasan secara materi yang dihitung dengan nilai rupiah. Hati nuraninya bisa jadi sudah mati karena semua serba pragmatis, dihitung dengan untung rugi. Artinya rasa empati, simpati, solidaritas, kesetiakawanan sosial, kekeluargaan, kegotongroyongan, Â kedekatan emosi, hubungan pertemanan sudah hilang. Kalaupun PNS dalam wadah besar Korpri, ternyata di dalamnya ada kotak-kotak kecil yang berisi PNS-PNS yang ber kroni.Â
Kalau tidak mempunyai kroni tidak bisa diterima dalam kotak itu walaupun masih ada dalam kotak besar bernama Korpri. Dengan demikian kesejahteraan yang diterima PNS saat ini baru secara lahiriah, belum batiniah yang masih jauh panggang dari api. Padahal setiap PNS dalam Korpri terdiri dari dua dimensi jiwa-raga, lahir-batin, fisi -- psikis, semestinya kesejahteraan yang didapat juga dapat memenuhi dua dimensi tersebut.
Yogyakarta, 29 Nopember 2018 Pukul 23.23
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H