Era teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang sangat pesat telah membawa perubahan besar dan mendasar di segala aspek kehidupan.
Informasi menjadi sangat mudah diakses kapan dan dimana saja tanpa melalui sekat-sekat birokrasi sulit dan berbelit, yang sudah tidak relevan dengan tuntutan jaman. Andaikan dalam pelayanan publik masih bertahan dan bangga dengan semboyan yang:"kalau bisa dipersulit, kenapa dipermudah", tinggal menunggu tabuh kematian karena sepi ditinggalkan oleh konsumen.Â
Artinya saat ini pelayanan publik harus berbenah dan berubah mindset mempunyai jiwa untuk melayani (bukan berjiwa pelayan) secara prima berbasis teknologi infromasi dan komunikasi.
Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi sampai ke pelosok negeri, sesuai dengan program nusantara 21 yang diresmikan tahun 1997, untuk meningkatkan cakupan telekomunikasi di 300 kecamatan seluruh Indonesia dengan konsep "informastion highyway (integrasi infrastruktur jaringan dengan satelit, kabel fiber optik, kabel TV, seluler, dan teknologi penyiaran).Â
Krisis ekonomi 1998, berpengaruh pada program yang membutuhkan biaya besar ini, sehingga gaungnya kurang bergema.Â
Namun demikian perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terus berjalan, penyelenggara jasa internet (Internet Service Provider atau ISP), sebagai perusahaan atau penyedia jasa sambungan internet.
Mengingat informasi menjadi kebutuhan pokok yang tidak bisa ditunda lagi, baik untuk perkantoran maupun perorangan, sehingga perlu berlangganan internet untuk mengakses informasi yang dibutuhkan.
 Saya secara perorangan berlangganan internet di rumah ada Speedy dari Telkom dengan harga langganan Rp 750.000,- per bulan waktu itu. Khusus untuk guru dan dosen mendapat diskon harga langganan sebesar 50 persen berarti Rp 350.000,- per bulan.Â
Fasilitas dan kesempatan ini tidak disia-siakan, dengan bekal surat rekomendasi yang ditanda tangani ketua program Ilmu Perpustakaan dan Informasi Dra. Isbandiyah, SU almh saya dapat langganan Speedy di rumah, selain langganan Kompas cetak.Â
Sampai hari ini masih berlangganan internet di rumah dari Speedy yang sudah dipindah menjadi Indihome tanpa dipungunt biaya. Kapasitas dari 1 Mbps menjadi 10 Mbps dapat "three in one" langganan telepon (rumah), internet, dan TV Kabel dengan langganan Rp 316.000,-. Sedang langganan Kompas cetak seharga Rp 65.000,- per bulan.
Harga langganan internet yang semakin hemat dengan kecepatan tinggi karena sudah memakai kabel optik. Sayangnya karena peminat terus bertambah sehingga jaringan di sekitar rumah cepat habis. Kalau boleh membandingkan dengan provider lain, dengan kapasitas 5 Mbps langganan Rp 350.000,- tanpa fasilitas TV kabel dan telepon rumah yang sudah sangat jarang dipakai.Â
Langganan internet di rumah ini untuk mengakses informasi baik untuk menulis di Kompasiana, mengerjakan tugas, membeli tiket, ceck in, untuk media sosial, dan lain-lain. Walaupun masing-masing anggota keluarga masih membeli kuota internet setiap bulan dengan sistem pra bayar. Â Â
Secara pribadi saya setiap bulan harus mengalokasikan dana sebesar Rp 20.000,- untuk 1 Gb yang sudah merasa cukup, karena hanya dipakai ketika di luar rumah. Pemakaian kuota internet kalau di sedang di rumah otomatis sudah memakai internet langganan.Â
Ketika  di luar rumah pun saat ini internet sudah dapat diakses secara gratis di tempat umum seperti stasiun KA, bandara, perkantoran, mall, hotel, cafe, bahkan angkringan yang otomatis dapat dimanfaatkan.Â
Walaupun masih ada yang terbatas untuk memanfaatkannya, hanya khusus para tamu yang sedang berkunjung. Biasanya internet ada passwordnya, sehingga tidak semua orang dapat leluasa memanfaatkannya.
Oleh karena itulah kebutuhan internet yang hanya 1 Gb bagi saya sudah cukup karena pemanfaatannya hanya untuk media sosial whatsapp, bukan untuk yang lainnya. Mencarai informasi cukup dilakukan di rumah karena sudah ada fasilitas internet, yang dapat dilakukan secara aman, nyaman, setiap saat, kapan pun akan mengakses. Jarang sekali internet untuk mendowload lagu-lagu, youtube, apalagi untuk permaianan (games) tidak pernah mengakses. Jadi dengan uang Rp 20.000,- itupun kadang masih sisa yang dapat diakumulasikan untuk bulan berikutnya, sehingga menambah kapasitas. Sungguh menghemat, karena sudah berlangganan di rumah yang dapat dimanfaatkan sekeluarga.
Bahwa langganan kuota internet saat ini sudah menjadi kebutuhan pokok yang harus dipenuhi seperti makan, minum, papan, dan sandang. Artinya kebutuhan ini termasuk yang tidak dapat ditunda lagi, harus dipenuhi. Penundaan pemenuhan kebutuah kuota internet menyebabkan seseorang dapat "mati gaya", dan terputus dengan dunia luar, seperti "katak dibawah tempurung". Apalagi generasi milenial sepertinya tidak dapat berbuat banyak dalam kehidupannya tanpa ada gadget di tangannya.
Yogyakarta, 26 Nopember 2018 Pukul 09.44
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H