Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pahlawan Berjuang Tidak Pernah Menikmati Kemerdekaan

14 November 2018   12:18 Diperbarui: 14 November 2018   18:41 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih terasa suasana hari Pahlawan tanggal 10 Nopember, saat itu di Surabaya dipimpin oleh Sutomo dengan aksi heroik untuk menumbuhkan semangat perjuangan melawan kolonial Britania Raya dan India Britania setelah kemerdekaan. Terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, digantikan Mayor Jenderal Robert Mansergh mengultimatum orang Indonesia yang bersenjata pada jam 06.00 tanggal 10 Nopmeber 1945 untuk melapor, meletakkan senjata serta menyerahkan diri dengan mengangkat tangan.

Bagi pejuang dan rakyat Indonesia, ultimatum itu sebagai penghinaan, karena Indonesia sudah merdeka, sehingga para pejuang bersama-sama rakyat sipil, ulama, santri berjuang untuk melawan tentara Inggris dan Belanda yang membonceng Inggris untuk masuk Indonesia. Kontak senjata tidak bisa dihindarkan, ribuan pejuang dan rakyat sipil gugur. 

Pertempuran berdarah di Surabaya yang menggugurkan pejuang dan rakyat sipil pada tanggal 10 Nopember 1945 mencapai 6.000 -- 16.000 pejuang Indonesia. Banyaknya pejuang dan rakyat sipil yang gugur, sehingga tanggal 10 Nopember diperingati sebagai Hari Pahlawan, sampai hari ini.

Kalau jaman perjuangan, musuhnya adalah penjajah mudah dikenali sebagai orang asing yang menguasai wilayah, dengan mempengaruhi raja-raja yang berkuasa mendapatkan fasilitas, agar tunduk dan patuh dengan perintahnya. 

Politik yang dikenal adalah politik mengadu domba (devide et impera), yaitu politik pecah belah atau adu domba, sebagai kombinasi strategi politik, militer, dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan kekuasaan dengan cara memecah belah, sehingga mudah ditaklukkan. 

Pejuang yang tidak setuju dengan taktik dan politik penjajah, melakukan gerilya dan mengatur strategi untuk melawan penjajah, agar meninggalkan daerah tersebut. Ketika ada pejuang gugur di medan perang, tidak pernah menikmati dan merasakan hasil pengorbanannya berupa kemerdekaan.   

Saat ini Indonesia sudah merdeka selama 73 tahun, makna pahlawan tidak harus berjuangan melawan penjajah dengan senjata. Perjuangan masih terus dibutuhkan untuk melawan ketidak adilan, kedzoliman, keangkuhan, dan ketertinggalan, serta pemerataan kesejahteraan. Pahlawan-pahlawan baru di era global, digital ini lawan-lawannya tidak kasat mata melalui media sosial menyebarkan  informasi  "hoaks"(bohong), yang sengaja dihembuskan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. 

Informasi hoaks, yang bersileran di media sosial, membingungkan dan membuat ketidak nyamanan, serta memicu kerawanan sosial, karena berpotensi untuk memecah belah dan mengadu domba sesama warga. Disinilah diperlukan orang yang berani melawannya, walaupun harus berkorban harta, benda, jabatan, pangkat, bahkan nyawanya.

Munculnya pahlawan-pahlawan baru di era informasi ini menjadi dambaan dan harapan semua orang, agar generasi milenial, menjadi generasi yang berkarakter, jujur, mempunyai integritas dalam mengisi kemerdekaan. Para pahlawan baru di bidang pendidikan misalnya tidak kenal lelah, yang mendedikasikan, mewakafkan tenaga, pikiran, dan harta bendanya, dalam mencerdaskan bangsa di seluruh Indonesia termasuk di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3 T). 

Perjuangan para guru yang sering mendapat sebutan "pahlawan tanpa tanda jasa", didaerah 3 T patut pendapat penghargaan setinggi-tingginya. Demikian juga pahlawan di bidang kesehatan, yang ikhlas berjalan kaki, menembus hutan, gelombang air untuk menolong dan memberi penyuluhan tentang arti hidup sehat dengan gizi seimbang di daerah 3 T.

Pahlawan baru di bidang lingkungan hidup, yang melestarikan flora dan fauna agar terjaga ekosistem  yang telah rusak karena pembakaran dan penebangan liar. Bencana banjir dan tanah longsor di musim hujan, akibat daya dukung dan daya tampung lingkungan mulai terganggu karena ulah dan watak ambisius demi keuntungan dan kemakmuran sebesar-besar bagi kelompoknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun