Suatu event lomba semestinya tidak berhenti sampai pengumuman dan pemberian penghargaan, namun dapat berlanjut membentuk komunitas dengan potensi diri sama yaitu menulis.Â
Komunitas ini netral, independen, tidak beraroma politik, lintas agama, suku, daerah, budaya, adat istiadat dapat menjadi modal sosial dan modal intektual dengan visi, misi untuk menyebarkan "virus" literasi, dengan tujuan utama "mencerdaskan kehidupan bangsa". Suatu ide kecil yang sangat sederhana bukan? Pastinya komunitas penulis dari berbagai lomba yang sering diadakan di Indonesia ini minimal sebagai aksi nyata, dari program-program pemerintah tentang literasi.Â
Jadi bukan sekedar berteori, beretorika yang dibahas dalam berbagai pertemuan, seminar, lokakarya, dengan narasumber dari orang-orang top dunia, nasional. Pada akhirnya makalah-makalah, powerpoint yang diperoleh dari berbagai seminar tertumpuk rapi dalam map dan tidak pernah dibaca apalagi di praktekkan. Sungguh sayang bukan? Padahal sudah mengeluarkan biaya dari kantor atau pribadi untuk pendaftaran, transportasi dan akomodasi.
Para penulis itu perlu mendapat motivasi, arahan, pancingan, untuk mengeksporasi wawasan dan pengetahuan untuk mengenalkan budaya, bahasa, tradisi, cerita rakyat, budaya, jenis-jenis mainan tradisional anak-anak, kesenian, jenis-jenis tanaman, nama buah-buahan, makanan khas.Â
Sungguh akan menjadi ratusan ribu bacaan yang dapat menambah pengetahuan dan wawasan, ditengah gemburan informasi hoaks yang isinya ujaran kebencian, propaganda, mengadu domda, memecah belah, menimbulkan prasangka buruk sesama warga negara Indonesia. Informasi sehat yang mendominasi benak setiap orang, semakin mempererat gandengan tangan, ikatan batin menyatukan niat untuk menuju Indonesia Jaya. Â
Yogyakarta, 20 Oktober 2018 Pukul 23.02