Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kebiasaan "Kepo" Pribadi Orang Lain, Apakah Etis?

18 Oktober 2018   15:42 Diperbarui: 19 Oktober 2018   09:49 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disinilah perlunya memilih kata-kata pertanyaan yang tepat kepada siapa dan dimana. Artinya sebelum mendapat referensi tentang "profil" seseorang (walaupun sudah dikenal), apalagi yang baru kenal sekali, untuk membuka pembicaraanpun harus dipilih topik yang menyenangkan dan perlu hati-hati.

Kondisi ini lebih parah di daerah pedesaan, dimana masyarakatnya masih mempunyai kepedulian, dan sikap gotong royongnya tinggi, sehingga tingkat "kepo"nya lebih tinggi. Walaupun secara ilmiah belum ada penelitian korelasinya dari hipotesa tersebut. Realitanya, ketika ada tamu laki-laki yang datang di tempat perempuan melebihi jam 21.00 jangan kaget kalau didatangi ketua pemuda di desa itu untuk menginterogasi.

Hal ini tidak berlaku di daerah perkotaan, apalagi metropolitan yang interaksi antara tetangga lebih dominan indivialis, dengan semboyan "lu lu, gue, gue". Akibatnya urusan pribadi menjadi "hak prerogatif" bagi setiap orang, yang tidak perlu orang lain mengetahui. Walaupun kondisi ini ada dampak negatifnya, karena lingkungan tidak tahu/paham/kenal siapa, bagaimana, dari mana, dan mengapa.  

Kebiasaan "kepo" soal pribadi untuk teman yang sudah kenal maupun baru kenal, perlu di kurangi, karena membuat seseorang menjadi tidak nyaman. Pertanyaan itu mulai ketika masih kecil sampai usia dewasa dengan pertanyaan yang berbeda.

Sejak kecil sudah ditanya kelas berapa?, sekolah/kuliah dimana?, kapan lulus?, kapan nikah?, kerja dimana?, gajinya berapa ?, anaknya sudah berapa?, cucunya berapa? sudah pensiun?, apa kerjaannya setelah pensiun?. 

Bagi penanya pertanyaan ini sangat biasa, lumrah, bentuk perhatian. Namun tidak demikian bagi yang ditanya, bisa membuat tidak nyaman dengan ke-"kepo"-an itu. Jadi untuk masalah pribadi dikurangi dan dihilangkan rasa "kepo" itu, silahkan bertanya hal-hal yang umum saja. Atau sebelum bertanya "membaca" suasana batin, dan mencari referensi tentang orang tersebut.

Yogyakarta, 18 Oktober 2018 Pukul 15.23

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun