Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Budaya Baca Rendah, Menyuburkan Hoaks

9 Oktober 2018   21:18 Diperbarui: 9 Oktober 2018   21:27 1116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tujuannya   membangkitkan semangat dan kemauan masyarakat untuk membaca, meningkatkan peran perpustakaan dan membangun masyarakat Indonesia yang utuh, berbudaya, berbudi pekerti luhur. GPMB berfungsi sebagai wadah kegiatan untuk menggerakkan peningkatan minat baca masyarakat.

Hasilnya berdasarkan data dan survei minat baca di Indonesia masih rendah. Diakui menumbuhkan budaya baca dan menulis perlu proses panjang tidak instan/seketika dapat dirasakan.

Menumbuhkan budaya baca harus ada motivasi (keinginan/niat), minat/kemauan tinggi, lingkungan yang kondusif, dan kebijakan yang mendukung. Padahal budaya "bertutur lisan/mengobrol dan menonton" lebih dominan daripada "membaca dan menulis". Kondisi ini karena ada "loncatan" budaya dari masyarakat agararis ke masyarakat informasi tanpa melalui masyarakat industri seperti yang terjadi di Negara-negara Eropa dan Amerika.

Berbeda di  Jepang, budaya membaca pada era kebangkitan setelah Nagasaki dan Hirosima di bom oleh tentara Sekutu. Keyakinan yang tertanam pada negara-negara maju tersebut, dengan membaca membuka wawasan dan menambah pengetahuan yang dapat merubah dunia,  terbukti benar.

Menurut Suroso dalam pidato pengukuhan gurubesar di UNY (14/3/2018), mengatakan:

"Orang yang memiliki kesenangan dan kemampuan membaca sastra akan memiliki kecerdasan yang lebih atas perilaku manusia, pemahaman tempat, peristiwa, dan persoalan yang dihadapi manusia". Selanjutnya dinyatakan:"minat baca tersebut mengasah rasa kemanusiaan. Dalam bacaan sastra, dia menyebut sumber inspirasi penulisnya dari kehidupan manusia, mengandung nilai religiusitas, nilai humanitas, dan universalitas. Persoalan dikaji di dalamnya seperti sejarah, ketidakadilan, kejujuran, cinta kasih, pengorbanan, lingkungan hidup dan kemakmuran. Terdapat wacana yang kaya di dalamnya sehingga pembaca makin cerdas" (https://www.uny.ac.id).

Budaya baca membuat orang cerdas, sehingga munculnya "tsunami" informasi di media sosial dan media massa, dibaca dengan hati nurani dan pikiran tenang, sehat, untuk memilih, memilah, dan menyaring informasi, apakah asli/sehat atau hoaks (bohong) dan menyesatkan, membingungkan. 

Sebaliknya bila budaya bacanya rendah, informasi di media sosial yang berseliweran itu hanya dibaca sekilas, tanpa dicerna informasi tersebut langsung di copi paste (copas), dikirim ke orang lain atau group whatsapp, facebook, twitter, line. Akibatnya informasi cepat dan mudah "viral", meluas dan berkembang.

Belakangan informasi tersebut ternyata hoaks (bohong), yang dampaknya sangat luas, selain menimbulkan kebingungan, kebencian, permusuhan, namun bisa jadi simpati, empati, dan belas kasihan. Jadi pilih mana menjadi konsumen hoaks atau produsen informasi sehat ?. Orang cerdas pasti memilih menjadi produsen informasi sehat.

 Yogyakarta, 9 Oktober 2018 Pukul 20.31

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun