Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gempa Mengguncang, Tsunami Datang di Sulawesi Tengah

2 Oktober 2018   12:13 Diperbarui: 2 Oktober 2018   16:00 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidur dan beraktivitas ditempat pengungsian terbuka perlu tenda, dan selimut. Dalam kondisi gawat darurat anak-anak, perempuan, dan orang tua mendapat prioritas untuk mendapat perhatian, bukan diskriminasi untuk kaum laki-laki. Biasanya perempuan, anak-anak, orang tua rawan dengan berbagai penyakit.

Kebutuhan dasar yang sangat diperlukan makanan, minuman, MCK, obat-obatan, pakaian ganti, peralatan mandi, susu, pampers, pakaian dalam, selimut, penyempubahan luka fisik dan luka batin (trauma) yang sulit dilupakan. Semua itu kalau ditanggung sendiri pasti sangat berat, sesama orang Indonesia bergotong royong membantu meringankan beban saudara-saudara yang sedang tertimpa musibah.

Dalam bencana apapun semua berpartisipasi, sesuai dengan profesinya masing-masing. Dokter ahli bedah tulang memang sangat diperlukan untuk tindakan medis cepat, ahli psikologi untuk memulihkan trauma, dan memberi motivasi, serta menangani gangguan psikis.

Ahli geologi yang selalu memberi penjelasan secara ilmiah dengan jelas informasi tentang lapisan dan struktur tanah. Ahli tsunami, ahli bangunan (teknik sipil), ahli obat-obatan (farmasis), ahli perlistrikan, ahli jaringan dan komunikasi, ahli bahasa, dll.

Tidak boleh dilupakan adalah para pustakawan dengan organisasi IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia) yang harus sigap menyediakan bahan bacaan untuk "membunuh waktu" di tempat pengungsian.  

Dibukanya dompet peduli gempa di berbagai stasiun televisi, ikatan profesi, murid-murid sekolah, mahasiswa, perkumpulan, kelompok masyarakat berpartisipasi untuk menyumbangkan materi, pikiran, tenaga. Semua itu sebagai bukti bahwa rasa kegotong royongan, kesatuan, persatuan, kerukunan, kemanusiaan itu masih ada di hati rakyat Indonesia.

Sekat-sekat kepentingan, politik, agama, suku, ras, bahasa, dapat lebur dalam bingkai Bhineka Tungga Ika. Alangkah indahnya bila hal ini terus tertanam bukan saat ketika ada bencana, tetapi juga saat berada di lapangan sepak bola antara para suporter, bobotoh, dan pesta demokrasi tahun 2019, saat pileg dan pilpres. Semoga !.                  

Yogyakarta, 2 Oktober 2018 Pukul 12.20

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun