Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gempa Mengguncang, Tsunami Datang di Sulawesi Tengah

2 Oktober 2018   12:13 Diperbarui: 2 Oktober 2018   16:00 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belum pulih duka dan luka kehilangan keluarga, saudara, kerabat, teman, dan harta benda serta pekerjaan karena tempat wisata lumpuh akibat gempa di P. Lombok, kini duka itu kembali dirasakan di Donggala, Palu dan Mamuju. 

Mari menundukkan kepala berdoa agar para korban yang meninggal tenang di alam keabadian, keluarga yang ditinggalkan sabar, tawakal, ikhlas menerima musibah, dan cobaan. 

Pemerintah bersatu padu dengan TNI, Polri, SAR, BPBN, relawan bertindak cepat untuk mengatasi kondisi yang serba darurat dan mendesak. Namun perlu dimaklumi akibat gempa disusul tsunami yang meluluhkantahkan dan tanah ambles, merusak sarana dan prasarana tidak berfungsi. Akibatnya komunikasi terputus, listrik mati, jalan rusak, jembatan putus, sehingga untuk mengirim bantuan logistik masih terkendala.

Ujian yang sangat berat bagi para warga yang terkena bencana gempa, tsunami dan amblesnya tanah, pasti sangat berat. Disinilah soft skill, intelektual spiritual dan intelektual emosional diuji untuk menghadapi situasi yang sangat tidak nyaman dan tidak mengenakkan.

Pasrah dan berserah diri bukan berarti tidak mau berusaha dan ikhtiar, namun pasrah jiwa raga, harta benda, pangkat, jabatan, kedudukan, kekuasaan  hanyalah "titipan"/amanah, sewaktu-waktu dapat diambil oleh Sang Pemilik dan Sang Pencipta Alloh SWT. Kalau Alloh sudah bekehendak dalam tempo sekejap semua bisa sirna, hancur, berantakan. Kalau sudah begini, masihkah menyombongkan apa yang dimiliki ?.

Gempa berkekuatan 7,7 magnitudo dan tsunami menimbulkan duka mendalam tidak saja untuk warga yang berdampak bencana, namun duka untuk seluruh warga negara Indonesia. Semua bergotong royong, bahu membahu sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, tanpa mengenal lelah untuk meringankan beban para korban. 

Pengorbanan ini seperti ketika masa perjuangan, para pejuang itu hanya mempunyai tujuan sama untuk melepaskan dari cengkeraman penjajah dan merdeka, sebagai negara yang berdaulat. 

Apapun yang dimiliki disumbangkan termasuk tenaga dan pikirannya. Disinilah perlunya ada mitigasi bencana sebagai upaya preventif upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana).

Namun ketika bencana itu ada, yang perlu dipahami oleh siapapun (pemerintah, warga, shakeholder), adalah manajemen bencana. Apa yang harus dilakukan sebagai prioritas pertama. 

Evakuasi para korban yang meninggal dan masih tertimbun reruntuhan apalagi yang masih hidup, perlu prioritas. Bagaimana mengatur, mengkoordinasi, memerintah, kewenangan.

Dalam kondisi yang serba minim fasilitas, apa yang harus dilakukan, siapa yang memerintah, apa kewenangan, bagaimana SOP membagikan logistik, siapa yang menyediakan makanan cepat saji untuk mengurangi rasa lapar yang sudah mendera sejak saat terjadi bencana. Dapur umum menjadi hal yang harus disediakan, untuk memasak dalam jumlah jumlah perlu ada alat dan strategi memasak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun