Pesta Asian Games ke XVIII barusan usai digelar, dengan acara pembukaan dan penutupan yang sangat spektakuler, Â menghabiskan dana lebih dari 30 triliun. Pretige dan prestasi dalam dari Asian Games 2018 yang diselenggarakan di Jakarta dan Palembang pun telah dirasakan.Â
Khususnya para atlet dan pelatih yang sudah menikmati bonus yang dijanjikan oleh Pemerintah dan sudah dialirkan ke rekening masing-masing sebelum "keringat kering". Perolehan medali berjumlah 98 buah dengan posisi di rangking ke-4 setelah China, Jepang dan Korea, sungguh sangat membanggakan seluruh rakyat Indonesia.
Gaung pesta olah raga Asian Games ke XVIII Â yang bergema ke seluruh penjuru tanah air, sampai membuat kompasianer ada yang belum bisa "move on", ketika acara usai. Suguhan pertandingan olah raga yang menampilkan para atlet andalannya menjadi hiburan sangat menarik karena jarang terjadi di Indonesia. Tidak heran kalau untuk menonton dan mendukung para atlet rela merogoh uang dari kocek dan antri berjam-jam untuk dapat tiket masuk arena pertandingan.Â
Termasuk ibu dari atlet taekwondo Defia Rosmaniar  dari Bogor  naik kereta agar dapat memberi dukungan, semangat, dan doa kepada putrinya. Presiden Jokowi dan para pejabat  pun selalu menyaksikan dan mendukung, serta mendoakan para atlet Indonesia. Hasilnya luar biasa berdera merah putih berkibar di posisi nomor satu dan lagu Indonesia Raya berkumandang di arena pertandingan.  Â
Semua orang bersorak, atlet sambil membawa bendera merah putih lari keliling arena sambil menangis penuh suka cita, telah berhasil mengharumkan nama Indonesia di kancah Asian. Betapa tidak menangis haru, kerja keras, perjuangan ketika harus latihan dengan jadwal sangat ketat, pengorbanan meninggalkan keluarga, teman, kerabat, dan masa mudanya dihabiskan ditempat latihan terbayar dengan medali emas, perak, perunggu.Â
Medali itu mempunyai nilai rupiah yang sangat fantastis. Medali emas mendapat bonus sebesar Rp 1,5 miliar, perak Rp 500 juta, dan perunggu Rp 250 juta, ini untuk atlet perorangan. Sedang untuk atlet pasangan/ganda sebesar Rp 1 miliar per orang, beregu Rp 750 juta per orang.
Peraih medali perak perorangan Rp 500 juta, ganda Rp 400 juta per orang, beregu Rp 300 juta per orang. Perunggu perorang Rp 250 juta, ganda Rp 200 juta per orang, beregu Rp 150 juta.Â
Selain itu pelatih dan asisten pelatih untuk peraih emas perorangan/ganda Rp 450 juta, perak Rp 150 juta dan perunggu Rp 75 juta. Pelatih beregu Rp 600 juta untuk emas, Rp 200 juta untuk perak, dan Rp 100 juta perunggu. Untuk setiap medali kedua dan seterusnya para pelatih masih mendapatkan Rp 225 juta untuk emas, Rp 75 juta untuk perak, dan Rp 37.5 juta untuk perunggu.Â
Asisten pelatih perorangan/ganda untuk emas Rp 300 juta, Rp 100 juta perak, dan Rp 50 juta perunggu. Asisten pelatih beregu Rp 375 juta untuk emas, Rp 125 juta perak, dan Rp 62,5 juta perunggu. Setiap medali kedua dan seterusnya para asisten pelatih mendapatkan 150 juta untuk emas, Rp 50 juta perak, dan Rp 25 juta perunggu (https://amp.tirto.id).
Untuk para atlet yang belum berhasil mempersembahkan medali pun pemerintah tetap memberikan apresiasi sebesar Rp 20 juta tiap atlet. Selain itu masih ada bonus berupa rumah/apartemen, diangkat sebagai PNS, TNI, dan Polri tanpa tes, dan bonus-bonus lainnya dari para sponsor, pengusaha. Bentuk perhatian dan apresiasi ini patut disyukuri, sebagai hasil dari perjuangan dan kerja keras yang tiada henti.Â
Tidak ada rejeki yang jatuh dari langit, dan tidak ada durian yang runtuh begitu saja, semua itu melalui proses panjang, menguras energi, strategi, emosi, dan perasaan. Semangat bertanding yang terus menggelora di dada setiap atlet dengan kejujuran (tanpa perlu doping), percaya diri, semangat, dan motivasi kuat dapat menghasilkan prestasi yang membuat bangga dan membawa nama baik negara Indonesia. Â Â
Sebagai pahlawan di bidang olah raga, patut mendapat apresiasi dan perhatian yang luar biasa. Namun pernahkan berpikir selain bidang olah raga, masih banyak bidang lain yang juga berhasil menorehkan nama harum Indonesia di kancah nasional/internasional .Â
Mereka anak-anak muda yang belomba di tingkat nasional/internasional di bidang sains dan teknologi, karya tulis, debat ilmiah, pidato bahasa Inggris, sekedar mendapat penyambutan di bandara dengan pengalungan bunga. Tanpa bermaksud membandingkan, perhatian dan apresiasi untuk bidang olah raga dengan sain, teknologi, karya tulis ilmiah, memang jauh panggang dari api.Â
Semoga pemerintah memberi apresiasi dan perhatian setiap warga negara yang berprestasi di bidang sesuai dengan minat, bakat dan profesi yang digeluti. Tidak ada kata terlambat untuk menengok dan menoleh bidang-bidang  lain, untuk meraihnya juga perlu perjuangan, latihan, dengan menguras waktu, tenaga dan pikiran.
Yogyakarta, 10 September 2018 Pukul 11.34
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H