Orang Indonesia yang dikenal suka belanja, saat menunggu jadwal kepulangan ini menjadi berkah tersendiri bagi pedagang di sekitar Masjidil Haram dan Nabawi, dengan aksi jual obral barang-barang dagangannya supaya cepat habis.
Saat ini sebenarnya para jamaah haji tidak perlu kerepotan harus menambah biaya bagasi karena barang-barang untuk  oleh-oleh itu sudah tersedia di Indonesia.Â
Di dekat pasar Tanah Abang menjadi grosir penjualan oleh-oleh haji asli dari Arab Saudi, dan di daerah-daerah sudah ada toko-toko yang menjual kurma, lipstik, pernah-pernik yang berciri khas Arab.Â
Untuk air zam-zam sudah mendapat jatah tiap jamaah 5 (lima) liter, sehingga dilarang membawa air zam-zam sendiri. Ini perlu diperhatikan oleh para jamaah haji demi keselamatan penerbangan.Â
Urusan barang bawaan para jamaah ini sejak dari berangkat sampai pulang masih saja menjadi persoalan yang selalu muncul. Padahal sudah disosialisasikan oleh para pembimbing haji, agar membawa barang sesuai aturan, sehingga proses di bandara dapat lancar, lancar sampai rumah sesuai jadwal.
Selain para jamaah pulang membawa oleh-oleh berupa barang, yang sering dilupakan adalah perubahan lahiriah dan batiniah secara signifikan setelah melaksanakan ibadah haji. Inilah yang  membedakan orang yang sudah berhaji dengan yang belum pernah memenuhi panggilan haji.Â
Perubahan secara sosial kemanusiaan (lebih empati, simpati, dermawan) dengan lingkungannya. Kaki ini lebih ringan untuk melangkah sholat berjamaah di masjid terdekat selain memakmurkan masjid juga menjaga ketepatan waktu dalam menjalankan sholat wajib.Â
Sikap, karakter, perilaku berubah, yang awalnya kasar, keras, egois, emosi meledak-ledak, menjadi lebih lembut, ramah, santun, menghargai, menghormati orang lain, menjaga hubungan baik antar manusia (horisontal), dan hubungan dengan Alloh SWT (vertikal).
Semakin banyak orang yang telah melaksanakan ibadah haji membuat lingkungan sosialnya semakin kondusif, bekerja semakin rajin, disiplin, jujur, amanah, taat dengan peraturan, taat pada pimpinan, dan menyebarkan "virus" kebaikan.Â
Tutur katanya semakin menyejukkan hati orang yang mendengarnya karena penuh dengan nilai-nilai kehidupan, keagamaan, yang menyentuh hati nuraninya. Semestinya virus kebaikan selama menjalankan ibadah haji harus tetap melekat pada setiap jamaah haji dan ditularkan ke lingkungannya, mulai dari keluarga, kerabat, kantor, RT, RW, pedukuhan, desa/kelurahan, kabupaten/kota, propinsi, sampai Indonesia.Â
Apalagi tahun politik yang suhunya semakin meningkat ini, para jamaah haji lebih bijaksana mensikapinya, untuk tidak menyebarkan ujaran kebencian, cerdas memilih dan memilah informasi sehat bukan hoaks, dan menghormati pilihan dalam berdemokrasi.