Namun harapan tinggal harapan, SK itu tidak kunjung datang sampai hari ini alasannya karena sudah terlambat berkas datang sampai di institusi yang mengurus keluarnya SK Presiden, sehingga tidak mungkin melakukan "diskresi". Padahal keterlambatan bukan kesalahan penulis, tetapi  bagian kepegawaian yang sengaja menghambat mengajukan berkas, padahal syarat dan ketentuan sudah dipenuhi.
Sejak dari institusi tempat bekerja sudah merasakan "aroma" untuk mengulur waktu, dan memberi harapan palsu, sampai benar-benar palsu. Para PHP itu tidak pernah merasakan bagaimana perasaan orang yang diberi PHP. Sakit hati, kecewa, sedih, putus asa, marah, berontak, dan sampai berada di titik nol dan keluarga dan orang-orang yang simpati menumbuhkan semangat. Akhirnya hanya bisa pasrah, ikhlas, tawakal dan mencari hikmah dibalik PHP yang secara nyata mulai dapat dirasakan dan dipahami.Â
Pastinya hikmah dari PHP, Alloh SWT telah menyelamatkan hambanya terhindar dari friksi-friksi di dunia kerja. Lebih mempunyai waktu luang untuk bersilaturahmi dengan banyak orang (keluarga, teman SMA dan teman kuliah). Terhindar dari pertanggungjawaban penggunaan anggaran dari membuat proposal "proyek" pengembangan unit atas perintah seorang Menteri. Mempunyai waktu untuk membaca, dan menuangkan ide melalui tulisan khususnya di Kompasiana, serta belajar membaca dan memahami tentang kehidupan.
Yogyakarta, 23 Agustus 2018 Pukul 11.10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H