Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tolak Angin Teman Setia Orang Hebat

14 Agustus 2018   16:11 Diperbarui: 14 Agustus 2018   18:45 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekayaan sumber daya alam, flora, fauna yang luar biasa dimiliki oleh bangsa Indonesia, menjadi modal utama untuk mewujudkan tujuan negara sesuai yang tertulis dalam Pembukaan UUD 1945. Tujuan negara melindungi, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia yang  berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keasilan sosial.  Kekayaan melimpah ruah, tanah yang subur, menjadi lahan persemaian biji apapun dapat tumbuh ketika disebar, semua itu menjadi karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang wajib disyukuri, untuk dinikmati sebesar-besar bagi kemakmuran rakyat Indonesia.

Apapun yang tumbuh di bumi pertiwi Indonesia , termasuk aneka rempah-rempah yang menjadi daya tarik orang Eropa (Belanda, Perancis, Inggris, Jerman), untuk datang ke Indonesia membelinya sebagai bahan penghangat badan. Aneka rempah-rempah itu lebih cocok di tanam di daerah tropis daripada di daerah yang dingin. Berdasarkan penelitian secara ilmiah, tanaman rempah-rempah mempunyai khasiat untuk kehidupan baik sebagai bahan baku obat-obatan maupun menjadi bumbu masakan. Sebagai bumbu masakan dapat menyedapkan dan melezatkan aneka olahan makanan nusantara dan menimbulkan cita rasa, warna yang khas alami serta tidak membahayakan organ tubuh manusia.

Khususnya tanaman jahe, adas, daun cengkeh dan madu ternyata sebagai bahan baku obat herbal yang mempunyai daya saing tinggi dan tidak kalah dengan ginseng dari Korea. Ditangan seorang ibu bernama Rachmat Sulistyo sejak tahun 1930 telah menghasilkan obat herbal untuk mencegah,  mengatasi masuk angin, dan meningkatkan daya tahan tubuh yang diberi nama tolak angin. Setelah melalui uji praklinik, uji laboratorium, dan secara ilmiah tolak angin sebagai bahan obat alami yang diolah secara modern dan sesuai dengan standar ISO 17025 dengan quality control  yang ketat, mendapat sertifikat obat dari BPOM. Artinya tolak angin ini secara sah boleh dikonsumsi dan tidak menimbulkan efek samping dalam pemakaian jangka lama.

Bagi penulis, mengenal tolak angin waktu diajak anak bertugas di Yogyakarta menginap di hotel bintang lima, yang uniknya tiap kamar disediakan tolak angin dan produk lain dari Sidomuncul. Ada kontradiksi di hotel berbintang 5 yang modern, tetapi menyediakan tolak angin, aneka menu makanan dengan cita rasa dan nuansa tradisional. Sungguh sangat menarik dan berbeda dengan hotel bintang 5 lainnya. Suatu perpaduan modern dan tradisional yang dikemas sangat apik, sehingga tolak angin menjadi mendunia, dikenal  Amerika Serikat, Arab Saudi, Malaysia, Inggris, Belanda, Taiwan, Hongkong, Australia. Kualitas produksi sebagai andalan dapat bersaing dengan produk asing, dan berhasil membangun "brand" tolak angin dengan "Orang Pintar, Minum Tolak Angin".

Khasiat tolak angin telah diakui sebagai obat herbal yang berawal dari jamu "godogan"/rebusan dari bahan organik terdiri daun mint, jahe, madu, adas, dan daun cengkeh. Dalam inovasinya ramuan bungkus berbentuk cair, saat ini sudah berbentuk permen yang lebih mudah, praktis, murah dibawa kemana sebagai teman setia yang selalu menemani untuk pencegahan dan pengobatan pertama. Pastinya tolak angin ini bukan berarti untuk mengurangi pasien periksa ke dokter, mengingat mobilitas orang yang sangat tinggi dan di daerah tertentu, apalagi daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3 T) tidak selalu ada praktek dokter. Tolak angin dapat mencegah dan mengatasi masuk angin,  dengan gejala perut mual, kembung, pusing dan deman.

Selain itu tolak angin lebih sebagai obat penambah daya tahan tubuh, apalagi di tahun politik ini para politikus, tim sukses, reporter, penyiar TV, radio, jurnalis media cetak dan digital, pengamat, penulis, kerjanya nonstop kurang istirahat. Membawa tolak tolak angin berupa cair atau permen menjadi teman setia kemananpun dan di medan seperti apapun. Harga yang sangat terjangkau, untuk permen tolak angin Sidomuncul sebesar Rp 1.600,- per bungkus isi 6 permen menjadikan siapapun sanggup membelinya. 

Sangat murah bukan untuk mendapatkan teman setia yang siap memberi pengobatan pertama ketika tiba-tiba masuk angin karena pergantian cuaca yang ekstrim. Tolak angin siap menjadi teman setia setiap saat dengan siapapun yang tidak pernah melakukan diskriminasi dan tidak pernah pandang dari kubu manapun. Apapun pandangan politik, agama, bahasa, bangsa, warna kulit, jenis kelamin, usia mempunyai teman setia yang selalu ada di saku baju, celana, tas, atau dompet berupa tolak angin. "Tolak angin, teman setia orang hebat", artinya orang bisa menjadi hebat mempunyai kompetensi tinggi, berkarakter, peka dengan lingkungan, bertakwa, berkepribadian, sopan santun, mempunyai integritas, dan keseimbangan hard skill, brain skill, dan soft skill, selalu mempunyai teman setia tolak angin.

Yogyakarta, 14 Agustus 2018 Puku 16.03  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun