Ketika ada yang salah memukul, guru les langsung dapat mengetahui siapa yang salah, sehingga perlu diulang lagi. Begitulah latihan menabuh gamelan itu menyenangkan, saat pak guru les menegur yang salah pun penuh canda tawa, sehingga  terjalin kekompakan dan solidaritas sesama penabuh gamelan.
Penulis waktu mahasiswa mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Karawitan yang latihan seminggu sekali. Belum pernah pentas, namun setiap mendengar irama gamelan tangan ini rasanya ingin bergerak, seakan menabuh tembaga yang mempunyai suara khas. Setelah lama vakum tidak pernah latihan, dapat menemukan komunitas karawitan di tempat kerja tahun 2015.Â
Pernah pentas untuk acara wisuda di Fakultas, di Universitas dan mengiringi ketoprak humor, dengan pemain para pejabat  Fakultas. Sangat bangga dapat menjadi bagian dari komunitas karawitan di tempat kerja. Walaupun kalau mau pentas, harus latihan sampai larut malam. Inikah yang namanya senang, tanpa mendapat bayaranpun dijalani dengan penuh semangat. Sayang, saat ini vakum lagi dari komunitas karawitan, karena juga "olah rasa", dari suasana yang tidak nyaman.
Yogyakarta, 8 Agustus 2018 Pukul 21.43
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H