Program yang diambil ada yang "doubel degree", tentu uang kuliahnya lebih besar, karena mendapatkan dua (2) gelar sekaligus dari dalam dan luar negeri. Selama di luar negeri semua biaya (tansportasi dan akomodasi) ditanggung mahasiswa secara mandiri atau sponsor.
Pilihan lainnya setelah lulus S1, sambil menunggu pembukaan lowongan pekerjaan (PNS, BUMN, perusahaan multinasional) dapat menambah kemampuan untuk meningkatkan kompetensi (kursus bahasa, komputer, magang). Intinya tidak ada waktu luang yang dilewatkan, untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Melakukan berjejaring dengan orang secara lintas ilmu, usia, agama, negara, agar mendapat wawasan pengetahuan yang lebih luas.Â
Mencari pengalaman kerja sebagai "batu loncatan", sambil melihat peluang yang lebih baik. Namun pindah-pindah kerja dengan alasan bukan "passion", sering merugikan diri sendiri. Loyalitas menjadi pertimbangan tersendiri bagi pimpinan untuk menjadikan seseorang tetap dipertahankan dan diberi kepercayaan.
Bagi yang mempunyai jiwa petualang dapat mendaftar sebagai guru SM-3T (Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal), untuk mewujudkan generasi emas Indonesia. Program SM-3T sebagai program unggulan Kemenristek dan Dikti untuk para sarjana baru yang mempunyai jiwa mengajar.Â
Tentunya program ini berbeda dengan Indonesia Mengajar yang digagas oleh Anis Baswedan kala itu sebelum menjadi Mendiknas. Jadi para S1 yang sudah lulus dan diwisuda tidak ragu lagi untuk menentukan pilihan, yang pastinya setiap pilihan ada plus minusnya. Pilihlah yang mempunyai plus lebih banyak dengan minus sedikit.
Yogyakarta, 26 Juli 2018 Pukul 23.18
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H