Setelah melalui pejuangan panjang, jurnal itu mendapat akreditasi B versi Dikti, dan penulis sudah "dilengserkan", sehingga sudah tidak menjadi Tim Redaksi.
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi jurnal inipun sekarang tidak perlu dicetak, semua versi digital (Open Journal System/OJS), yang jangkauannya sampai luar negeri karena dengan dwi bahasa (Indonesia dan Inggris).
Ketika penulis menang hibah penelitian dan naskah publikasi sudah mendapat rekomendasi oleh reviewer, Â redaksi juga meminta untuk perbaikan format standar sesuai ketentuan sudah diperbaiki dan diputuskan untuk dimuat.
Namun. dalam rapat terakhir redaksi yang di "intervensi" birokrat, naskah penulis di-drop dengan alasan sudah tidak membutuhkan angka kredit, biar memberi kesempatan pada orang yang membutuhkan angka kredit.
Suatu alasan penolakan yang sangat "aneh" dan "lucu", dan tidak profesional, walaupun Redaksi mempunyai wewenang untuk menentukan naskah yang dimuat di drop.
Artinya Redaksi tidak mempunyai independensi untuk memutuskan naskah tetap dimuat karena sudah diputuskan tim Redaksi. Namun ketika rapat terakhir ada intervensi birokrat yang "menganggap sudah tidak perlu angka kredit".
Masalahnya bukan perlu atau tidak perlu angka kredit, namun masalah profesionalisme, dan menghargai karya orang lain, juga bukan masalah honor yang nilainya sudah lumayan besar.
Tim Redaksi tidak kuasa untuk berargumen secara nalar menghapi birokrat yang "sok kuasa dan sok tahu". Hanya mengikuti "emosi" pribadi birokrat, karena ada "sentimen", dan tidak menghendaki nama penulis masih terpampang di jurnal yang sudah terakreditasi B. Padahal di jurnal lain karena call for paper masuk, tetap dimuat sebagaimana yang dijanjikan, serta penulis mendapat kiriman cetaknya.
Inilah akibat pemikiran birokrat yang "kerdil", naskah yang sudah layak muat itu terpaksa di-drop, walau Ketua Redaksi masih menawari untuk dimuat di tempat lain.
Namun  dengan tegas penulis tolak, karena masalah dimuat ditempat jurnal lain penulis dapat mengirimkan sendiri, tidak perlu bantuan Ketua Redaksi.
Jujur, penulis sangat kecewa dengan cara kerja Ketua Redaksi yang dengan mudahnya "disetir" dan di "intervensi" birokrat yang sudah di luar wewenangnya, karena sudah memberi amanah Tim Redaksi.