Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pentingnya Manajemen Waktu bagi Camaba Usai Dinyatakan Lolos SBMPTN

5 Juli 2018   01:31 Diperbarui: 5 Juli 2018   12:38 2632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai mahasiswa harus bisa membagai waktu untuk mengasah brain skill, hard skill, dan soft skill, yang mendapat bimbingan dari kakak kelas melalui kegiatan mahasiswa. Prestasi akademik penting untuk mendapatkan Indeks Prestasi (IP) dan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) maksimal 4 (empat), namun prestasi non akademik juga penting, karena mahasiswa yang aktif dalam organisasi soft skill dapat terlatih dan terasah, yang dibutuhkan untuk masa depannya.

Menjalin jejaring (networking) antar mahasiswa lintas departemen, lintas fakultas, lintas universitas, dengan para alumni, menjadi suatu keharusan. Semua itu dapat dilakukan asal dapat membagi waktu dengan baik, kuliah tetap menjadi prioritas utama, walaupun berorganisasi juga perlu. Berprestasi akademik, tetapi juga beraktifitas dan bersosialisasi, intinya mahasiswa harus multitasking, sehingga manajemen waktu sangat perlu, untuk latihan mandiri dan bertanggung jawab. 

Dalam tahun kedua (semester IV) ada evaluasi mahasiswa harus sudah mendapatkan minimum 30 SKS dengan IPK minimum sebesar 2,5 (skala IPK 1-4). Bila tidak dapat memenuhi ketentuan ini mahasiswa di droup out (DO), yang dapat berpengaruh pada akreditasi departemen (jurusan), fakultas dan universitas.

Oleh karena itu dosen pembimbing Kartu Rencana Studi (KRS) sangat perlu. Sayangnya dengan semakin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, mahasiswa jadi semakin jarang dapat bertemu face to face dengan dosen pembimbingnya. Apalagi saat ini sistem KRS juga sudah online dan dosen juga memiliki kesibukan lain  di lapangan, walau saat ini dosen juga diwajibkan presensi dengan "finger print".

Apalagi sesuai Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi No.44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi batas masa studi mahasiswa S1/D4 paling lama  7 (tujuh) tahun, dengan 144 SKS. Artinya tidak ada lagi mahasiswa abadi (MA), yang sampai bertahun-tahun baru lulus karena berbagai hal (bekerja, menikah).

Bila sampai 7 tahun belum lulus maka diminta untuk mengundurkan diri alias di droup out (DO), sangat disayangkan karena untuk bisa masuk di PTN seperti masuk lubang jarum, sangat sedikit dan banyak saingannya. Biasanya mahasiswa mengalami kendala saat membuat tugas akhir berupa skripsi dengan melakukan penelitian lapangan.

Proses membuat skripsi perlu semangat tinggi untuk mewujudkan meraih gelar sarjana. Jadi setelah berstatus mahasiswa harus dapat mengatur waktu, agar dapat lulus tepat waktu dan mempunyai bekal berorganisasi yang dibutuhkan dalam kehidupannya.

Yogyakarta, 5 Juli 2018 Pukul 01.24

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun