Saat ini tuntutan untuk para guru yang mengajar anak-anak generasi milenial, wajib menyesuaikan dengan cepat perkembangan iptek, teknologi informasi dan komunikasi. Sistem pembelajaran yang tidak monolog, namun dialog/diskusi. Guru yang kreatif, inovatif, energik, ahli dibidangnya, profesional, sangat didambakan dan menjadi "idola" bagi peserta didik.
Kedua, Kelengkapan sarana dan prasarana sekolah yang kasat mata/mudah dilihat (perpustakaan, laboratorium, lapangan, ruang kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah/wakil, ruang OSIS, kantin, ruang UKS, mushola, tempat parkir, toilet, dan lain-lain). Untuk proses belajar mengajar dengan LCD, proyektor, yang terhubung dengan jaringan internet.
Ketiga, Sekolah, kepala sekolah dan guru dengan memberikan keleluasaan peserta didik untuk berprestasi sesuai dengan bakat dan minatnya, semakin banyak peserta didik yang mengharumkan nama sekolah baik di dalam negeri maupun di luar negeri, sekolah semakin mendapat kepercayaan oleh masyarakat.
Keempat, Sekolah memberi wadah dan menfasilitasi para peserta didik untuk memupuk minat dan bakat dengan bimbingan, arahan dan pengawasan dari para guru yang berdedikasi dan bertanggung jawab.
Kelima, Lingkungan dan budaya sekolah yang sehat, asri, bersih, tertib, tertata rapi, tenang, disiplin, mengajarkan kejujuran dengan para guru dan tendik yang ramah, murah senyum, menyenangkan, sopan, santun, komunikatif, saling menghormati dan menyayangi, menjadikan suasana belajar yang menyenangkan.
Keenam, Jumlah lulusan (output) yang dapat diterima di PTN ternama, favorit di program studi bergengsi menjadi pertimbangan bagi para orang tua murid untuk mengamanahkan anak-anaknya sekolah di tempat tersebut.
Atau bagi lulusan SMK selain dapat diterima di perguruan tinggi juga langsung dapat bekerja di perusahaan-perusahaan yang bonafit.
Semua ini dapat tercapai karena ada proses belajar mengajar yang baik dan para guru mempunyai semangat mengajar dan membimbing para peserta didik dengan humanis.
Ketujuh, Terjadi jalinan komunikasi yang baik, menyenangkan antara pihak sekolah, komite sekolah dengan orang murid dan peserta didik, serta masyarakat sekitar, sehingga peserta didik terhindar dari jeratan tindak pidana, narkoba, bullying, "klitih", gang sekolah yang dapat merugikan bagi semua pihak.
Itulah kriteria versi masyarakat yang memunculkan sebutan sekolah "favorit", karena memang mempunyai keunggulan di bidang akademik dan non akademik.
Untuk mendapat sebutan sebagai sekolah favorit tidak mudah seperti membalik tangan, namun perlu kerja keras dan kerja cerdas dari semua komponen dan elemen yang merupakan satu kesatuan, dengan perencanaan dan agenda dan komprehensif.
Yogyakarta, 29 Juni 2018