Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Manfaat "Salam Tempel" untuk Anak

11 Juni 2018   23:58 Diperbarui: 12 Juni 2018   00:28 967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Lebaran adalah puncak rangkaian kegiatan bulan puasa Ramadan, menjadi hari kemenangan,  istimewa, penuh berkah. Setelah ditempa dengan rasa lapar dan haus selama satu bulan penuh,   nuraninya sudahkah ada “empati” untuk kaum duafa, yatim piatu, fakir miskin, sehingga ringan untuk berbagi dan peduli kepada nasibnya. Berbagi, memberi, peduli tidak harus berupa uang, namun “motivasi”, wawasan pengetahuan, dengan cara berkomunikasi, dialog, untuk mengenal lebih dekat.

 Apabila di rumah ada Asisten Rumah Tangga (ART), ajaklah dialog untuk mengetahui keluarganya lebih mendalam. Anggaplah ART sebagai bagian dari keluarga kita, yang dengan setia, jujur, santun, dan komitmen mengerjakan tugas-tugas kerumah tanggaan ketika ditinggal bekerja di luar rumah. Bisa jadi ART itu tidak melanjutkan sekolah karena harus bekerja untuk menghidupi orang tua dan adik-adiknya. Tengoklah kondisi rumahnya dan saudara-saudaranya, dan berilah “salam tempel”. Mereka pasti bahagia dan mendoakan rejeki kita lancar, barokah, dan diberi kesehatan. Indahnya berbagi ketika melihat mereka tersenyum dan bahagia

Istilah salam tempel mempunyai arti:”salam yang disertai uang (atau amplop berisi uang) dan sebagainya yang diselipkan dalam tangan orang yang disalami” (KBBI). Salam tempel ini kalau di Tiongkok disebut “angpau”, yaitu amplop merah berisi uang, dan di Mesir namanya “eidya”, biasanya berisi permen coklat. Berbagi tidak harus saat lebaran, dapat dilakukan kapan saja, dimana saja, yang penting niatnya ikhlas bukan untuk mencari “WAH”. Tidak perlu diadakan “press release”, dan liputan media, ibaratnya tangan kanan memberi, tangan kiri tidak perlu mengetahui. Apalagi posisi tawar pemberi lebih tinggi daripada penerima, dalam hal kelas sosial, lebih baik menjaga perasaan yang diberi.

Selain itu dalam tradisi “nyumbang” bagi masyarakat desa di Jawa khususnya yang sedang mempunyai hajadan  mantu, khitanan, syukuran lahiran bayi, pamitan haji (khusus untuk saudara dekat), selamatan selalu ada salam tempel, yang sering disebut “nyumbang”. Budaya numbang bagi masyarakat desa tidak bisa ditinggalkan, walau kadang cukup memberatkan dan mengganggu anggaran keuangan. Apalagi bulan baik untuk hajatan dalam satu (1) bulan bisa memberikan salam tempel lebih dari sepuluh (10) amplop. Andaikan tiap amplop berisi Rp 100.000,-, maka untuk salam tempel sebesar Rp 1.000.000,-.

Lebaran identik dengan salam tempel bagi anak-anak, yang di dapat dari saudara dekat (nenek, bude, bulik, kakak). Kriteria anak-anak berdasarkan status belum menikah, dan/atau belum bekerja. Jadi usianya yang sudah lebih dari 18 tahun dan masih kuliah, tidak salah bila diberikan salam tempel. Status mahasiswa, siswa sekolah, dan anak balita/batita, besarnya isi salam tempel berbeda. Mahasiswa biasanya lebih besar dibanding anak TK, jadi adil yang proporsional, sesuai dengan usia anak-anak.

Hal yang istimewa salam tempel untuk anak-anak di waktu lebaran, biasanya amplopnya warna-warna dan isinya uang  kertas yang masih baru “gres” dari Bank, dengan aroma yang khas. Bagi ana-anak yang masih kecil, balita, menerima salam tempel ekspresinya dengan gerakan spontan lucu, polos, menjadi hiburan yang menyenangkan bagi semua anggota keluarga yang berkumpul saat Hari Raya Idul Fitri. Terlepasa dari yang pro dan kontra, salam tempel bagi anak-anak mempunyai manfaat yaitu:

  1. Menciptakan suasana rukun, akrab, erat, derkat, kompak diantara sesama saudara satu keturunan dari orang tua yang sama (saudara kandung). Jamak terjadi ketika orang tua sudah meninggal, masalah warisan sering menjadi pemicu renggangnya ikatan hubungan kakak – adik, akibatnya anak-anak generasi kedua (cucu), tidak saling kenal, padahal masih mempunyai ikatan keluarga dekat.
  2. Menunjukkan saling mempunyai kepedulian diantara saudara sekandung, dan anak-anak sebagai generasi penerus dalam keluarga tersebut. Salam tempel sebagai tanda empati, simpati, saling berbagi, saling menyayangi, saling menghormati, saling membantu diantara keluarga.
  3. Mengandung pembelajaran kepedulian sosial, agar ketika anak-anak yang mengalami mendapat  salam tempel, ketika dewasa, mandiri, berpenghasilan, juga berbagi untuk memberi salam tempel kepada anak-anak generasi penerusnya.
  4. Bagi anak-anak yang mendapat salam tempel, mendapat kesempatan dan tanggung jawab untuk mengelola jumlah uang yang didapat, dengan bimbingan dan pengawasan orang tua terutama ibu sebagai manajer keuangan keluarga.
  5. Meneguhkan kejujuran dan amanah seorang ibu yang mendapat “titipan” uang dari hasil salam tempel, tidak boleh dimanfaatkan untuk kepentingan belanja keluarga, semua harus seijin anak-anaknya.
  6. Ibu yang bijak, melatih anak-anaknya yang mendapat sejumlah uang dari  salam tempel, di bukakan rekening tabungan atas nama masing-masing anak. Hal ini melatih anak untuk menabung sejak dini, dan tidak hidup boros.
  7. Kalaupun anak-anak akan membeli mainan, dari hasil salam tempel, orang tua harus mengarahkan, mendampingi agar mainan yang dibeli tidak membahayakan dirinya maupun orang lain. Belilah mainan yang mempunyai unsur pndidikan, dapat menumbuhkan dan meningkatkan imaginasi dan kreativitas anak.
  8. Untuk menumbuhkan minat baca sejak dini, orang tua dapat membelikan buku-buku yang bermanfaat yang disesuaikan dengan usia anak, dengan anggaran dari uang salam tempel, dan hindarkan anak-anak untuk membeli handphone, walau yang dipakai adalah uangnya sendiri.

Demikian, salam tempel bagi anak seperti pedang bermata dua, dapat memberi manfaat sekaligus menimbulkan mudarat, semuanya sangat tergantung dari orang tuanya terutama ibu untuk memberi pengarahan, bimbingan, dan pendampingan bagi anak-anaknya yang mendapat salam tempel.

Yogyakarta, 11 Juni 2018 Pukul 23.48

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun