Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Asian Games ke-18, Kenapa Sekolah di Jakarta Libur?

11 April 2018   12:03 Diperbarui: 31 Juli 2018   03:24 1920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Thejakartapost.com

Indonesia akan menjadi tuan rumah perhelatan Asian Games yang ke-18 pesta olah raga musim panas, pada tanggal 18 Agustus s.d 2 September 2018 di Jakarta dan Palembang. 

Pertandingan olah raga tingkat Asia ini merupakan kedua kalinya bagi Indonesia sebagai tuan rumah, karena tahun 1962 pernah menyelenggarakan Asian Games ke-4. Stadion Utama Gelora (Gelanggang Olah Raga) Bung Karno (Stadion Utama Senayan) menjadi saksi sejarah kegiatan olah raga bergensi tingkat Asia.

Dalam penyelenggaraan Asian Games itu akan dihadiri oleh 15.000 atlet, 45 negara, 490 pertandingan dalam 44 cabang olah raga. Suatu perhelatan yang memerlukan dukungan dari berbagai pihak mulai persiapan, pelaksanaan, dan penutupan. 

Salah satunya adalah kebijakan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang merencanakan untuk meliburkan sekolah mulai SMP, SMA, dan SMK. Alasannya untuk kelancaran transportasi selama pelaksanaan Asian Games agar tidak terjebak dalam kemacetan, yang telah diklaim panitia bila sekolah libur, akan mengurangi 20 persen pengguna jalan, apalagi bila pengaturan jam pekerja disekitar Senayan, dan masyarakat menggunakan angkutan publik.

Masalah meliburkan sekolah ini masih belum ada kesepakatan, ada pro dan kontra antara para pihak (panitia) dan Dinas Pendidikan DKI, dengan argumennya masing-masing. Untuk menentukan meliburkan sekolah ataupun tidak, otoritas kebijakan ada di pemerintah propinsi DKI Jakarta, dengan pertimbangan yang adil, transparan, win-win solution, tidak ada yang dirugikan dan acara Asian Games ke-18 tetap berjalan lancar.

Diakui selama ini di Jakarta terkenal dengan kemacetan yang luar biasa, apalagi jam-jam sibuk ketika anak sekolah dan para pekerja masuk pada saat bersamaan. Kemacetan terjadi di berbagai ruas jalan di seluruh wilayah Propinsi DKI Jakarta. 

Penyebabnya bermacam-macam mulai lampu merah, pelintasan kereta api, pasar tumpah, perbaikan jalan, menyempitkan ruas jalan, disiplin pengendara yang kurang. Selain itu banyak angkot yang “ngetem” di pengkolan jalan, dan kurangnya tansportasi umum yang aman, nyaman, enak, bersih dan murah.

Penulis orang yang berdomisili di daerah, jadi tidak berdampak langsung adanya pesta Asian Games 2018. Namun jujur mengatakan ketika pesta Asian Games anak-anak selokah diliburkan, dalam hati bertanya kenapa untuk acara pesta olah raga ini ada “pengorbanan” anak-anak sekolah yang tidak mendapat haknya? Apakah tidak ada solusi lain yang formatnya pesta Asian Games ke-18 tetap lancar tanpa meliburkan anak sekolah?

Kemacetan di Jakarta menjadi alasan utama untuk meliburkan anak-anak sekolah karena mengurangi 20 persen kemacetan, sehingga jarak tempuh dari wisma atlet ke Gelora Senayan dapat diperpendek. 

Waktu tempuh dari 40 menit menjadi 34 menit belum tercapai walau sudah ada pengawalan dan sudah diuji coba ketika ada turnamen Invitasi Asian Games 2018. Kalau anak didik sebagai “obyek” bukan “subyek” diminta libur pasti menyambut dengan suka cita. Ada kepala sekolah yang menyatakan kalau libur, peserta didik tetap harus belajar mandiri di rumah, artinya diberi tugas yang dikerjakan di rumah.

Peserta didik diliburkan selama pelaksanaan acara Asian Games ke-18 berarti telah merubah kalender pendidikan, dan mengurangi jam belajar efektif di sekolah. Artinya ada target belajar mengajar yang tidak terpenuhi ketika peserta didik belajar di rumah, mengingat “belajar mandiri” baru dimiliki oleh anak-anak yang sudah memahami pendidikan itu untuk keperluan masa depannya. 

Waktu belajar mandiri di rumah tanpa pengawasan (orang tua yang sibuk bekerja), efektifitasnya berkurang dan waktu luangnya kalau untuk kegiatan positif tidak masalah. Bisa menjadi “bumerang” bila waktu belajar tanpa pengawasan untuk kegiatan yang merugikan, siapa yang bertanggung jawab ?.

Jadi menurut penulis Asian Games ke-18 di Jakarta dan Palembang supaya sukses, tanpa mengorbankan peserta didik ada usulan begini:

  • Untuk menghindari kemacetan para atlet sudah dikondisikan berangkat dari wisma atlet menuju Gelora Bung Karno lebih awal jari jam pelaksanaan pertandingan.
  • Jalan-jalan yang akan dilewati para atlet disterilkan sementara, dengan menjalin kerjasama (koordinasi dan komunikasi) antara panitia, dengan dinas perhubungan, kepolisian lalu lintas, dan para pemangku kepentingan.
  •  Perlu disiapkan jalur alternatif dengan perencanaan dan simulasi yang matang sehingga atlet tetap konsentrasi, lancar, aman, nyaman, ke Gelora Bung Karno. Disisi lain peserta didik sampai sekolah tidak terlambat, sehingga dapat belajar dengan tenang.
  • Untuk menjaga keamanan, kelancaran lalu lintas dari wisma atlet ke Gelora Bung Karno, tidak ada salahnya panitia meminta bantuan ABRI dan polri yang memiliki peralatan barikade untuk mensterilkan kondisi jalan raya.
  • Dampak sterilisasi arus lalu lintas dialihkan dan dipecah ke ruas-ruas jalan alternatif, sehingga tidak menimbulkan kemacetan di tempat lain.
  • Kalaupun “terpaksa” meliburkan sekolah, semestinya hanya sekolah-sekolah yang kena dampak langsung dengan perhelatan akbar Asian Games 2018, tidak perlu meliburkan di seluruh sekolah di Propinsi DKI Jakarta.
  • Perlu sosialisasi jalan-jalan yang disterilkan lewat berbagai media (sosial, cetak, elektronik), dan videotron, TV Billboard, LED Display Reklame.
  • Bagi peserta didik yang telah kehilangan jam belajar di sekolah, mendapat ganti jam pelajaran untuk mengejar ketinggalan, sehingga target pelajaran dan hak peserta didik tetap tetap terpenuhi.

Apapun usulan yang disampaikan, keputusan terakhir tetap ada di tangan pimpinan tertinggi Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, yang pernah menjadi Menteri Pendidikan Nasional. Keputusan yang diambil pastinya sudah melalui diskusi, pemikiran, penelitian mendalam agar peserta didik tidak dirugikan, dan pesta olah raga Asian Games ke-18 tetap aman,lancar, dan sukses. 

Bagaimanapun penyelenggaraan Asian Games ke -18 di Jakarta dan Palembang ini mempertaruhkan nama Indonesia di mata dunia, sebagai negara yang terkenal dengan sopan, santun, dan menghormati tamu.

Yogyakarta, 11 Maret 2018 pukul 11.52

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun