Guru bukan lagi menjadi satu-satunya sumber dalam proses belajar mengajar, namun berperan sebagai pemberi motivasi, arahan, dorongan untuk peserta didik. Masalahnya masih ada disparitas antara pendidikan di kota, desa dan di daerah-daerah yang terdepan, terluar, tertinggal (3 T). Program Sarjana Mengajar (SM) di daerah 3 (tiga) T disebut SM3T, sebagai terobosan pemerintah untuk mengurangi kesenjangan pendidikan antara kota, desa dan daerah 3T. Jiwa-jiwa muda yang baru lulus sarjana masih mempunyai idealisme tinggi, belum "tercemar" pragmatisme, justru sebagai garda paling depan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah 3T. Mereka dengan ikhlas berkorban meninggalkan keramaian di kota menuju di daerah yang masih "perawan", sunyi, sepi, tanpa gemerlapnya lampu listrik dan jaringan internet.
Permasalahan di dunia pendidikan yang kompleks, saling terkait, di era disrupsi 4.0 ini semestinya segera diuraikan satu persatu, agar peserta didik tidak menjadi “korban” keputusan politik para pengambil kebijakan. “Grand design” pendidikan nasional semestinya menjadi acuan , haluan, pola bidang pendidikan di Indonesia, agar tidak ada lagi “ganti menteri ganti kebijakan”.
Yogyakarta, 3 Mei 2018 pukul 0.12