Awal tahun 2025 banyak orang membuat resolusi, salah satunya menentukan investasi. Investasi merupakan sebuah rencana untuk masa depan  keuangan lebih baik.Â
Ada banyak produk investasi, seperti obligasi pemerintah sekunder dan primer, Sukuk Tabungan (ST), Sukuk Ritel (SR),Project Based Sukuk (PBS), Fixed Rate (FR), emas, reksa dana, saham dan lain sebagainya.
Dari sekian banyak jenis investasi, yang menjadi favorit masyarakat tradisional adalah investasi lahan pertanian atau sawah.Â
Banyak warga desa memilih investasi sawah karena menjadi bagian dari kehidupannya. Penduduk Indonesia pun sebagain besar mengonsumsi beras sehingga investasi ini bisa diandalkan di masa depan.
Keuntungan lain dari investasi sawah adalah setiap tiga bulan menghasilkan cuan. Jika membutuhkan dana sewaktu-waktu bisa dijual kembali dan harga jual pun cenderung mengalami kenaikan.
Namun, ada banyak risiko ketika berinvestasi sawah, di antaranya:
1. Berpotensi diserobot
Salah satu risiko memilki tanah adalah diambil alih orang tak bertanggung jawab. Apalagi jika lahan tersebut tidak produktif dan letaknya jauh dari tempat tinggal kita.Â
Ada banyak kasus, lahan kosong dijadikan bangunan liar, tempat parkir tanpa izin bahkan diakui milik orang lain. Begitu pun dengan sawah.
Mungkin suatu hal yang tidak mungkin, tanah diserobot, tetapi banyak kasus seperti itu Apalagi banyak tanah sawah yang kepemilikannya baru tercatat di kantor desa atau tidak bersertifikat. Ini berpotensi dimanfaatkan oknum.Â
2. Proses jual beli yang ribet
Jual beli tanah dulu dan sekarang berbeda. Dulu jual beli bisa dilaksanakan di kantor desa bahkan di rumah yang penting ada surat jual beli yang dibuat sendiri di atas segel.Â
Ketika mengajukan balik nama dibantu carik (sekertaris desa) ke kecamatan, lalu agraria. Pajak pun tidak besar.
Sekarang ribet? Contoh pengalaman saya ketika beli sawah tahun 2023. Proses jual beli dilaksanakan di kantor desa, dengan saksi Pj kepala desa dan dua perangkatÂ
Oleh karena beberapa hal, balik nama kepemilikan ditunda. Tanpa disangka 6 bulan kemudian istri penjual meninggal, beberapa bukan kemudian penjual pun meninggal . Kebetulan pasangan suami istri ini tidak memiliki anak.Â
Apa yang terjadi? Proses balik nama ribet. Kami harus mencari ahli waris dari penjual. Akhirnya  naik ke Pengadilan Negeri (PN) untuk penetapan jual beli karena ahli waris tidak tahu menahu dan tidak mau tahu soal harta keluarganya.Â
Ketika perkara masuk ke PN, tentunya melelahkan meski status sudah dikuasakan ke pengacara. Meski bukan kasus pidana, kesan tidak baik ada. Saya dianggap berselisih dengan ahli waris. Padahal faktanya hubungan kami dengan ahli waris baik-baik saja. Â
3. Â Tidal langsung dapat uang ketika jual
Investasi sawah sangat menguntungkan karena setiap saat harga cenderung naik. Akan  tetapi saat menjualnya, pembeli tidak bisa dipastikan akan membayar tunai dan lunas.
Seperti yang pernah diceritakan salah seorang tetangga. Dia menjual sawah satu petak kepada Bu Lisa (bukan nama sebenarnya) dan satu petak kepada saya. Akan tetapi Bu Lisa tidak bayar lunas, sebagian ditahan sebagai jaminan hingga proses balik nama sertifikat selesai.
Dari sudut pandang Bu Lisa, tindakannya sudah benar karena khawatir penjual mempersulit proses balik nama. Sementara penjual merasa itu tidak adil karena dia butuh uang.Â
Apakah tanah sawah masih jadi pilihan investasi terbaik bagi saya?
Hampir 21 tahun saya bergelut dengan tanah sawah. Semua lahan bukan warisan yang tinggal terima, garap dan menunggu hasil. Ada kerja keras, proses panjang untuk memiliki sawah tersebut.Â
Dari pengalaman itu, investasi sawah tahun 2024 menyulitkan, terutama pajak daerah yang tinggi. Â Jika ingin investasi tanah sawah harus menyiapkan dana untuk beli tanah, pajak jual, pajak beli, biaya notaris, biaya lian-lain senilai harga sawahnya.Â
"Pajak sekarang bisa untuk beli sawahnya lagi." Begitu kata salah seorang perangkat desa ketika pertemuan warga di RT.Â
Besaran pajak jual beli setiap sawah berbeda tergantung letak dan harga per meter yang ditetapkan daerah.Â
Saya pun jadi berpikir ulang untuk investasi sawah di tahun 2025.Â
Di daerah teman-teman bagaimana? Apa investasi tanah sawah masih jadi andalan warga?Â
Terima kasih telah singgah. Jika ada kesalahan ini karena keterbatasan saya sebagai petani ndeso.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H