Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Doom Spending Mengganggu Kesehatan Finansial, Cara Saya Mengatasinya

6 Oktober 2024   05:02 Diperbarui: 6 Oktober 2024   07:05 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengatasi Doom Spending. Foto dari Kompas.com

Bermukim di kampung gerik-gerik kita tak lepas dari pandangan, omongan tetangga. Mereka serba tahu dan ingin tahu. Misalnya ketika salah seorang teman menceritakan gaya hidup tetangganya. Teman tersebut tahu  barang mewah milik tetangganya hasil utang. 

"Setiap anggota keluarga dibelikan motor, mobilnya baru, tapi utang. Setiap hari ada orang nagih."

Saya pun jadi teringat omongan tetangga dulu yamg pernah terdengar.

"Saben metu, mulih gowo belanjaan, arep kuat sampai kapan." 

Kalimat tersebut bernada negatif. Jika diartikan kurang lebih seperti ini. Setiap hari belanja terus, mau kuat sampai kapan. 

Pada umumnya, masyarakat akan belanja terus jika punya uang, pada waktu tertentu akan stop karena utang menumpuk. Jika menyadari kesalahannya gaya hidup pun berubah drastis jadi minimalis. 

Saya ingin membahasnya sebagai pembelajaran terutama Gen Z yang sedang mengalami doom spending. 

Doom Spending

Akhir-akhir ini doom spending.menjadi perbincangan banyak orang. Kompasiana pun mengambil tema tersebut dalam topik pilihan. 

Doom Spending.menurut psikolog, Riza Wahyuni kepada DetikJatim
merupakan pola konsumtif berlebihan. Individu tersebut sulit menahan keinginannya untuk membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan, sekalipun tidak punya uang. Perilaku tersebut sebagai respon kecemasan terhadap kondisi keuangan.

Fenomena ini sudah ada sejak dulu, umumnya dilakukan oleh kaum perempuan. Sekarang  gen Z lebih rentan berperilaku doom spending. Faktor pemicunya menurut Riza adalah gaya hidup dan psikologis.. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun