Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kunjungan ke Semarang dari Pameran Lukisan hingga Bertemu Kompasianer

22 September 2024   09:22 Diperbarui: 22 September 2024   17:19 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menu nasi di Kafe Casa Roberto. Foto dokpi

Ini kunjungan pertama saya ke Kota Semarang, Sabtu 14/09/2024. Meski sering mudik ke Majalengka dan melewati Semarang, tetapi tidak pernah mampir ke kotanya. 

Kunjungan ke Semarang saat itu bukan dalam rangka liburan, tetapi acara pameran tunggal karya suami sekaligus temu kangen para pelukis Semarang. 

Oleh karena baru pertama dan belum mengenal Kota Semarang, saya menggunakan Google Maps untuk mencari lokasi pameran. Lokasi dan segala urusan pameran telah disiapkan pelukis Semarang, Mbak Nana dan Pak Toto begitu kami menyapanya.

Kafe Casa Roberto, Jalan Erlangga Barat 7 No 15, Pleburan menjadi pilihan tim untuk memamerkan lukisan-lukisan suami. Kafe ini cukup strategis karena berada di dekat Simpang Lima. Namun sayang, saya tidak sempat jalan-jalan di Kota Semarang karena begitu masuk kafe, banyak tamu. 

Namun, sambil pulang sempat  keliling kota bersama Kompasianer Wahyu Sapta, saya memanggilnya Mbak Wahyu. Selain bertemu Mbak Wahyu, bertemu juga  dengan Kompasianer senior, saya menyapanya Pak Cahyadi dan Pak Suyito Basuki. 

Foto pribadi bersama Pak Suyito dan istri, Bu Lilies
Foto pribadi bersama Pak Suyito dan istri, Bu Lilies

Bertemu Kompasianer 

Pertemuan dengan Kompasianer, Pak Cah, Pak Suyito dan istri, Mbak Wahyu Sapta sekeluarga sesuatu sekali. Ini tidak pernah terduga karena kami tidak janjian sebelumnya. Mereka dengan sengaja menghadiri pembukaan pameran tunggal lukisan suami.

Suatu kehormatan penulis Kompasiana tertarik dengan lukisan. Bahkan Pak Suyito menuliskannya. Kita bisa simak di link berikut ini "Pameran Lukisan". Pak Suyito gemar menulis acara-acara pameran pelukis Yogyakarta, Semarang dan sekitarnya. 

Sementara Pak Cah menuliskannya di Instagram dan vidio tiktok. Bisa lihat di sini.

Foto pribadi bersama Gus Syauqi Ma'ruf Amin. 
Foto pribadi bersama Gus Syauqi Ma'ruf Amin. 

Selain dihadiri teman-teman Kompasiana, hadir pula Gus Syauqi Ma"ruf Amin, putra Wakil Presiden Ma'ruf Amin.  Sementara pameran dibuka oleh Kadis Budpar Kota semarang yang diwakili oleh Ibu Lilies. Pameran tersebut digagas oleh  Semarang Sketchwalk kerja bareng Casa Roberto.

Foto bersama Mbak Wahyu Sapta dan suaminya. Foto dokpri 
Foto bersama Mbak Wahyu Sapta dan suaminya. Foto dokpri 

Kompasianer Mbah Wahyu ternyata sahabat dekat Mbak Nana, pelukis Semarang yang menata pameran itu. Jadi klop apalagi suami Mbak Wahyu juga pelukis. Jadi seru obrolan ke sana kemari.

O0leh karena semakin malam, kami semua pamit pulang. Sebelum cabut ke Madiun, saya keliling Kota Semarang bersama keluarga Mbak Wahyu untuk makan malam.

Saat menuju rumah makan, saya sempat ketinggalan jejak karena tersalip kendaraan lain. Keluar dari Jalan Erlangga menuju Simpang Lima, macetnya minta ampun. Selain banyak kendaraan terparkir, pedagang kaki lima ada di ruas kiri dan kanan jalan. Pengendara harus sabar dan hati-hati.

Saya rela macet-macetan karena perut sudah perih, seharian hanya makan makanan yang ada di kafe. Menunya bukan khas Jawa, tetapi lebih ke Eropa gitu. 

Menu nasi di Kafe Casa Roberto. Foto dokpi
Menu nasi di Kafe Casa Roberto. Foto dokpi

Aiih pas tiba di rumah makan yang dituju Jalan Melati Selatan ternyata tutup, padahal baru sekitar  pukul 21.00. Akhirnya kita cari lagi yang terdekat. 

Cocok dengan selera Jawa, kita menemukan ayam dan bebek goreng di Jalan Moh. Suyudi.  Saya kalap makan sambel dan bebek goreng yang empuk. 

Akhirnya tiba perpisahan di jalan tol. Kami meneruskan pulang ke Madiun, sementara kendaraan Mbak Wahyu keluar tol Tembalang. 

Sebelum pulang saya dapat bingkisan dari Mbak Wahyu sebuah buku novel "Kapak Algojo dan Perawan Vestal". Buku tersebut karya 33 Kompasianer. 

Satu kata tentang novel tersebut "keren". 33 pikiran jadi satu dalam sebuah cerita. Sepertinya tidak mungkin, faktanya ada dan ide Mbak Widz  terwujud. 

Terima kasih atas dukungan teman-teman sehingga terlaksana pameran tunggal. Dan ditunggu kehadirannya di Kafe Casa Roberto, Kota Semarang. 

Akhir Kata

Akhirnya saya ingin mengungkapkan sekapur sirih tentang pameran tunggal tersebut. Saya bukan kurator seni yang pandai menilai, menulis kata indah, tetapi beginilah  ungkapan tema yang saya buat: 

Foto dokpri
Foto dokpri

"Life Stages atau tahapan kehidupan berperan penting dalam bertumbuh. Setiap individu mengalami Life stages sama demi sebuah pencapaian. 

Setiap tahap memiliki keunikan, sehingga pencapaian akan berbeda satu dengan yang lainnya. Tidak ada yang lebih istimewa dari setiap tahapan, semuanya penting dan diperlukan.  Meski demikian proses tersebut adalah sebuah anugerah yang harus disyukuri.

Pameran tersebut sebagai wujud syukur atas tahapan yang telah dilalui selama 58 tahun."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun