Sementara kentongan dibuat oleh warga laki-laki dari bambu yang diberi rongga. Hasil bunyi tergantung dari kualitas bambu, lubang rongga dan keterampilan pemainnya.
Tidak mudah memukul kentongan secara berjamaah sambil jalan kaki keliling dusun. Bunyi yang dikeluarkan satu dengan yang lainnya harus selaras. Langkah pun harus sama dengan teman sebelahnya. Jangan terlalu cepat atau lambat.
Melalui latihan para remaja akhirnya bisa memainkan kentongan dengan maksimal. Buktinya para juara dimenangkan kaum remaja.Â
Sejarah Kentongan
Keberadaan kentongan tak lepas dari sejarahnya. Merangkum dari berbagai sumber, kentongan ditemukan oleh seorang pengembara dari China bernama Cheng Ho.Â
Pada tahun 1405-1433 Cheng Ho mengembara ke Korea, Jepang dengan misi keagamaan. Kentongan tersebut digunakannya sebagai alat komunikasi ritual keagamaan.Â
Sementara di Indonesia, kentongan ditemukan sekitar abad XIX ketika Raja Anak Agung Gede Ngurah berkuasa di Nusa Tenggara Barat.
Di Yogyakarta kentongan ditemukan pada masa kerajaan Majapahit. Kedua kerajaan tersebut menggunakan kentongan untuk mengumpulkan warga.
Seiring perkembangan zaman, beberapa wilayah menggunakan kentongan untuk berbagai kegiatan. Bahkan kegiatan tabuh kentongan dijadikan tradisi. Misalnya, kentongan untum membangunkan warga sahur, memberi tahu warga waktu salat.
Seperti dijelaskan sebelumnya  di kampung saya, tabuh kentongan dijadikan tradisi lomba tektur. Menjelang Agustus, tiap malam banyak warga latihan tabuh kentongan.Â
Mendengar itu, suasana kampung menjadi ramai. Saat lomba, kita seperti dibawa ke masa lalu.Â
Untuk lebih mengenal kentongan, mari kita simak melalui kanal YouTube SriNizar Sister (Sri, Heni, Nazar, Siska, Ester).