Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Nguri-Uri Tradisi Lewat Lomba Kentongan

10 September 2024   16:29 Diperbarui: 11 September 2024   10:18 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perwakilan RT 20 pada acara lomba tektur/kentongan. Foto dokumen Yuli Wantono

Sementara kentongan dibuat oleh warga laki-laki dari bambu yang diberi rongga. Hasil bunyi tergantung dari kualitas bambu, lubang rongga dan keterampilan pemainnya.

Tidak mudah memukul kentongan secara berjamaah sambil jalan kaki keliling dusun. Bunyi yang dikeluarkan satu dengan yang lainnya harus selaras. Langkah pun harus sama dengan teman sebelahnya. Jangan terlalu cepat atau lambat.

Melalui latihan para remaja akhirnya bisa memainkan kentongan dengan maksimal. Buktinya para juara dimenangkan kaum remaja. 

Tiga remaja juara 1 lomba tektur di Dusun Sidorejo, Sidomulyo, Sawahan, Madiun. Foto dokpri
Tiga remaja juara 1 lomba tektur di Dusun Sidorejo, Sidomulyo, Sawahan, Madiun. Foto dokpri

Sejarah Kentongan

Keberadaan kentongan tak lepas dari sejarahnya. Merangkum dari berbagai sumber, kentongan ditemukan oleh seorang pengembara dari China bernama Cheng Ho. 

Pada tahun 1405-1433 Cheng Ho mengembara ke Korea, Jepang dengan misi keagamaan. Kentongan tersebut digunakannya sebagai alat komunikasi ritual keagamaan. 

Sementara di Indonesia, kentongan ditemukan sekitar abad XIX ketika Raja Anak Agung Gede Ngurah berkuasa di Nusa Tenggara Barat.
Di Yogyakarta kentongan ditemukan pada masa kerajaan Majapahit. Kedua kerajaan tersebut menggunakan kentongan untuk mengumpulkan warga.

Seiring perkembangan zaman, beberapa wilayah menggunakan kentongan untuk berbagai kegiatan. Bahkan kegiatan tabuh kentongan dijadikan tradisi. Misalnya, kentongan untum membangunkan warga sahur, memberi tahu warga waktu salat.

Peserta lomba tabuh kentongan dari RT. 18. Foto dokumen Vivin 
Peserta lomba tabuh kentongan dari RT. 18. Foto dokumen Vivin 

Seperti dijelaskan sebelumnya  di kampung saya, tabuh kentongan dijadikan tradisi lomba tektur. Menjelang Agustus, tiap malam banyak warga latihan tabuh kentongan. 

Mendengar itu, suasana kampung menjadi ramai. Saat lomba, kita seperti dibawa ke masa lalu. 

Untuk lebih mengenal kentongan, mari kita simak melalui kanal YouTube SriNizar Sister (Sri, Heni, Nazar, Siska, Ester).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun