Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Daya Tarik Telaga Ngebel yang Dulunya Angker

22 Juli 2024   14:39 Diperbarui: 28 Juli 2024   06:43 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mah, aku mau liburan ke Talaga Ngebel sama teman-teman," ujar anak bungsu suatu hari. 

Sesaat saya tersentak dan teringat satu kisah yang diceritakan suami. Pada tahun 90-an tepatnya kurang pasti, ada sepasang kekasih dari desa kami yang bermain ke kawasan Telaga Ngebel. Menurut kesaksian kedua anak muda tersebut naik ke atas bukit. Mungkin tujuannya agar bisa melihat telaga dari ketinggian.

Tidak lama, sang cowok menceburkan diri ke telaga. Ketika ditemukan posisi kepala menancap ke dasar telaga. Sementara si cewek berlari ke perkampungan tanpa baju luar. Dia hanya memakai baju dalam dan celana panjang.  

Kejadian tersebut bukan tanpa sebab, ternyata pasangan kekasih itu dikejar segerombolan tawon. Si cowok mungkin berpikir dengan menceburkan diri ke telaga akan terbebas dari amukan tawon-tawon. Si cewek merasa dengan membuka kaos luar akan terhindar dari gigitan tawon. Remaja cowok akhirnya meninggal dan kekasihnya diselamatkan warga.

Saya tidak mengizinkan anak-anak ke Telaga Ngebel salah satu alasannya terpengaruh dengan peristiwa pilu di atas, meski situasi Telaga Ngebel dulu dan sekarang berbeda. Saya khawatir anak-anak naik ke hutan. 

Alasan utamanya mereka belum tahu medan menuju telaga tersebut. Remaja membawa kendaraan dengan kendali teman akan berbahaya, apalagi malam hari dan jalurnya berkelok-kelok. Akhirnya kami berangkat bersama-sama sekalian emak bapaknya jalan-jalan juga.  (Aslinya emaknya pingin ikut heheh)

Untuk menuju Telaga Ngebel dari Madiun tidak terlalu jauh. Kami membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam dengan jarak tempuh sekitar 35 Km.  Berada di Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, rute yang kami tempuh melalui Kecamatan Pagotan, Dolopo lalu ambil arah ke Timur masuk Jalan Dolopo Ngebel. 

Telaga Ngebel. Foto dokpri
Telaga Ngebel. Foto dokpri

Daya Tarik Telaga Ngebel

Anak-anak, saya juga penasaran dengan daya tarik Telaga Ngebel sekarang ini, karena banyak dibicarakan di media sosial. Kalau dulu orang tua melarang kami ke sana dengan alasan peristiwa di atas.  "Gak usah, wingit, tempat lainnya saja." Begitu yang sering saya dengar. 

Apa saja daya tarik Telaga Ngebel di balik cerita wingitnya?

Berada di lereng Gunung Wilis Ponorogo pada ketinggian 734 mdpl, udara di kawasan Telaga Ngebel sangat sejuk. Suhu jika pagi hari mencapai sekitar 20 derajat celcius. 

Telaga Ngebel salah satu destinasi wisata desa yang banyak dikunjungi wisatawan. Apalagi setelah banyak dibangun villa, penginapan, rumah makan. Kesan angkernya pun hilang. Yang ada wisatawan nyaman saja menginap di villa depan Telaga. Apalagi sekarang wisatawan bisa berkunjung pada malam hari meski melalui jalan yang curam. 

Kawasan Telaga Ngebel juga bisa dijadikan bumi perkemahan bagi para siswa. Bumi perkemahan itu cukup nyaman, karena telah dilengkapi fasilitas kamar mandi dan banyak penjual makanan di sekitarnya. Untuk keamanan cukup aman, yang penting anak bisa saling menjaga begitu juga pembinanya harus selalu waspada.

Hal yang menarik dari Telaga Ngebel lainnya adalah pagelaran kesenian tradisional seperti Reog Ponorogo, Kucingan dan lain-lain. Pagelaran ini biasanya dilaksankan setiap akhir pekan, hari besar atau permintaan menyambut tamu.

Sekarang Telaga Ngebel makin populer dengan adanya air mancur menari. Air mancur berwarna ini mulai menari sejak sore hingga malam pukul 21.00 dengan jeda beberapa kali. Jika ingin puas menikmati keindahan air mancur, kita bisa datang sore hari, karena air mancur tersebut sangat indah jika malam hari. 

Keindahan air mancur berwarna menari di Telaga Ngebel. Foto dokpri
Keindahan air mancur berwarna menari di Telaga Ngebel. Foto dokpri

Foto dokpri
Foto dokpri

Sore hari pengunjung bisa menikmati alam hutan pinus dan mengelilingi telaga yang luasnya hampir 150 hektar dengan speedboat, perahu atau bus air. Jika memiliki penyakit fobia kedalaman air sebaiknya jangan, karena telaga ini cukup luas dan dalam. Cukup menikmati di pinggir sambil menikmati tempe mendoan khas Ngebel.  

Rumah makan apung di Telaga Ngebel. Foto dokpri
Rumah makan apung di Telaga Ngebel. Foto dokpri
Jika lelah dan lapar ada banyak rumah makan di pinggir telaga dengan aneka lauk. Saat itu saya memilih rumah makan gasebo yang terapung. Makanan khas di sini bukan sate kelinci seperti di Telaga Sarangan, melainkan ikan nila dan gurame. 

Jika teman-teman ke Madiun atau Ponorogo, silakan mampir ke Telaga Ngebel. Jangan takut sekarang tidak terang, ramai pengunjung.  

Terima kasih telah membaca. Salam dari Madiun. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun