Sejak harga gabah kering giling tidak menentu, kami menjual hasil panen langsung dari sawah. Gudang gabah pun kosong dan beralih fungsi menjadi sarang tikus. Â
Melihat kondisi tersebut, tersirat ingin mengubahnya menjadi hunian di masa tua, tetapi bisa dimanfaatkan sekarang. Saya diskusikan ide ini dengan suami dan anak-anak. Ternyata mereka setuju. Anak saya menyarankan bangunan tersebut menjadi galeri lukisan dan mini perpustakaan bergaya minimalis dengan desain Skandinavia.Â
Setelah sepakat, kami menghubungi pekerja rumah langganan, panggilannya Pak No. Dia menyepakati mulai bangun bulan Agustus 2024 karena masih menyelesaikan rumah orang lain.
Kami pun mulai menyicil bahan bangunan yang diperlukan tentunya setelah dihitung oleh Pak No. Â Â
Desain Skandinavia
Ada banyak desain rumah yang populer di masyarakat, salah satunya skandinavia. Melansir dari detik properti desain ini berkembang sejak tahun 1930. Semakin populer setelah dibawa IKEA dan ritel furnitur.
Kelebihan Desain Skandinavia
Desain Skandinavia digemari masyarakat tentunya banyak kelebihan. Anak saya menyukai desain ini karena suasana bangunan lebih terang, pencahayaannya alami dari luar. Sementara saya menilai desain Skandinavia tampilannya sederhana, dekorasinya tidak berlebihan.Â
Kesederhanaan tampak juga dari lantai dan dinding. Lantai menggunakan keramik warna putih atau motif kayu. Untuk cat tembok pun berwarna netral, seperti putih, abu-abu. Dengan warna netral memberi kesan ruangan luas dan terang.Â
Kekurangan Desain Skandinavia pada GaleriÂ
Selain menonjolkan kelebihan, desain Skandinavia jika diterapkan pada galeri lukis kurang maksimal. Penggunaan kaca yang lebar akan mengurangi tempat pemasangan pigura. Jumlah lukisan yang dipamerkan pun sedikit.Â
Solusinya agar galeri memuat banyak lukisan adalah dengan membagi ruangan. Sebagian full tembok (14 meter) dan sisanya yang 12 meter menggunakan kaca, tetapi hanya 2 sisi. Lebar bangunan 6 meter dibagi untuk jendela full kaca dan pintu.Â
Ilustrasi desain galeri dibuat seperti gambar berikut.
Bagian depan ini bisa dimanfaatkan untuk ruang baca dan ruang santai pengunjung. Selain ada saru set kursi, lemari baca, ada juga dapur mini untuk membuat kopi.Â
Kekurangan selanjutnya adalah panas. Penggunaan kaca yang dominan di dataran rendah akan memancarkan udara panas terlebih saat musim kemarau. Saya merasakan ketika di villa Dieng. Pukul 09.00 sinar matahari masuk semua ke ruang depan melalui kaca. Sinar itu memantulkan udara cukup panas, akibatnya tidak nyaman berada di ruangan.
Solusinya jika saya menerapkan banyak kaca adalah dengan pemasangan gorden berwarna netral. Selain itu untuk atap menggunakan genteng tanah liat. Gentong dari tanah liat membantu ruangan lebih adem.Â
Agar suasana alam lebih terasa, lahan yang masih kosong ditanami banyak pohon. Sebagian sudah ada pohon nangka, jambu, alpukat, lengkeng. Lantai luar dengan bahan semen juga memantulkan panas yang lumayan. Agar lebih adem halaman bekas jemur gabah yang bermester (lantai semen) akan dibongkar dan ditanami aneka bunga. Dengan banyak pohon saya rasa akan lebih teduh dan suasana alam tercipta, udara pun lebih segar.Â
Kelemahan pemasangan kaca pada bangunan selanjutnya adalah kebersihan. Kita harus banyak meluangkan waktu membersihkan kaca, terlebih setelah hujan. Bisa jadi air hujan mengenai kaca dan berubah bintik-bintik putih jika tidak segera dikeringkan.
Kekurangan dari desain Skandinavia ini semata pandangan pribadi saja jika diterapkan pada galeri yang akan saya bangun. Jika setelah dibangun ternyata kekurangan itu tidak ada, saya bersyukur sekali.Â
Saya berharap pembangunan galeri dan tempat baca berjalan lancar dan segera dimanfaatkan pengunjung untuk belajar.Â
Terima kasih telah singgah. Salam dari Madiun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H