Sebelum tahun 2013 pola makan saya acakadul, artinya apa-apa dimakan yang penting kenyang dan senang. Ketika salah seorang tetangga mengajak konsultasi ke ahli gizi dan makan sesuai saran ahli, saya menolaknya.Â
Alasan saya menolak saat itu tidak punya cukup dana untuk konsultasi dan mengikuti saran ahli. Padahal belum tahu berapa biayanya. Pun saya berpikir tidak ada masalah dengan kesehatan. "Aman." Lagi pula anak-anak masih kecil, mereka lebih membutuhkan susu dan makanan sehat lainnya.
Lama-lama, saya merasa tidak nyaman dengan berat badan, apalagi banyak orang mengira hamil. Itu artinya lingkar perut saya melebihi 80 cm sehingga mirip orang hamil.Â
Food Combining
Tahun 2013 perekonomian keluarga membaik. Saya dan suami sering diundang acara di hotel bintang lima di Jakarta, Bandung, Solo, bahkan Eropa. Dari situ saya mengenal aneka sayuran, buah-buahan.Â
Ketika acara di Eropa pihak pengundang dan hotel tidak menyediakan nasi, tetapi ada kentang goreng, bihun, mie kuning. Setiap pagi saya sarapan kentang, telur, sayuran mentah. Entah apa topingnya, saya anggap saja itu gado-gado.Â
Makan siang, malam pun demikian, tidak ada nasi. Meski banyak makanan, saya lebih memilih makanan yang dikenal seperti telur diurak arik (begitu saya menyebutnya), ikan, bihun, roti, buah-buahan. Selama itu saya merasakan perut enteng. Pagi-pagi ketika buang air besar lancar tanpa mules yang melilit.
Pulang dari Wina saya menerapkan pola makan sehat. Diet? Bisa dikatakan begitu. Meski demikian, saya tidak konsultasi ke ahli dalam proses diet. Saya hanya mengatur karbohidrat yang dikonsumsi, memperbanyak makan buah dan sayuran. Takaran nasi setiap harinya adalah satu kepalan tangan sendiri yang dikonsumsi saat sarapan pukul 08.00-09.00 dan sore sekitar pukul 16.00-17.00
Pukul 10.00-14.00, perut tidak begitu kenyang, bisa makan buah, sayuran mentah atau sayuran dikukus/digodok. Tidak pernah ketinggalan setiap hari konsumsi kacang merah segar, edamame, jagung manis.
Apa yang terjadi? Kurun waktu 6 bulan, lingkar perut saya berkurang 10 cm, akibatnya semua rok, celana harus dikecilkan. Akan tetapi .... saya merasakan hal lain, yakni kaki terasa sakit jika berjalan jauh.
Tahun 2016, kami ke Galeri Nasional (Galnas) untuk sebuah acara dan menginap di hotel yang telah disiapkan panitia. Selama perjalanan ke Jakarta dengan kereta, kaki terasa sakit. Saya berpikir akibat kelamaan duduk tanpa aktivitas lain selain ke kamar mandi, salat.Â
Esok harinya sebelum sarapan, saya menyempatkan fitness ringan di hotel untuk mengurangi rasa sakit. Akan tetapi sakit masih menganggu aktivitas, berjalan pun menjadi lebih pelan.
Kebetulan di area Galnas ada stan kesehatan yang menyediakan cek darah, konsultasi kesehatan secara gratis. Hasilnya?Â
"Ibu diet ya?"
Saya tersenyum. Dokter pun bertanya apa yang saya makan setiap harinya.
"Jangan sering-sering, Bu. Setiap hari ibu variasikan jika diet tanpa pengawasan dokter. Asam urat ibu di atas normal," terang dokter.Â
Diet dengan pola food combining ternyata susah. Ada aturan yang harus diterapkan. Makan sayur dan buah bagus untuk kesehatan, tetapi harus tahu porsinya dan penggabungannya.
Mengutip dari Alodokter, kombinasi makanan yang tidak tepat akan memicu berbagai penyakit, racun menumpuk, gangguan pencernaan. Mungkin seperti yang saya alami. Berat badan saya turun, lingkar pinggang mengecil, tetapi kena asam urat.Â
Aturan pola food combining adalah protein tidak boleh dikombinasikan dengan karbohidrat, lemak dan protein lainnya. Buah dan sayur tidak dimakan bersamaan dan setelah makan nasi. Sementara karbohidrat tidak kombinasikan dengan makanan asam, contohnya daging merah. Begitu pun dengan gula yang tidak boleh dikombinasikan dengan makanan lain.Â
Untuk menormalkan asam urat, saya mengurangi makan kacang-kacangan. Sebetulnya bagus, tetapi jika porsinya terlalu banyak khawatir asam urat kambuh lagi.Â
Wasana Kata
Food combining itu bagus, kita dapat mengontrol makanan yang dikonsumsi setiap harinya. Akan tetapi berdasarkan beberapa sumber belum terbukti dapat meningkatkan kualitas kesehatan kita.Â
Saya sekarang masih menerapkan konsep food combining tetapi tidak dijadikan patokan pola makan sehari-hari agar tidak tertekan. Jika menghendaki makan mie ayam, yaaa ... kenapa tidak? Asal jangan sering. Kata orang tamba pingin saja.
Terima kasih telah membaca
Salam sehat dari Madiun
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H