Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga suka cerita, Petani, Pengusaha (semua lagi diusahakan)

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Ketika Saya Menerapkan Diet dengan Konsep Food Combining

7 Juli 2024   16:54 Diperbarui: 8 Juli 2024   22:20 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum tahun 2013 pola makan saya acakadul, artinya apa-apa dimakan yang penting kenyang dan senang. Ketika salah seorang tetangga mengajak konsultasi ke ahli gizi dan makan sesuai saran ahli, saya menolaknya. 

Alasan saya menolak saat itu tidak punya cukup dana untuk konsultasi dan mengikuti saran ahli. Padahal belum tahu berapa biayanya. Pun saya berpikir tidak ada masalah dengan kesehatan. "Aman." Lagi pula anak-anak masih kecil, mereka lebih membutuhkan susu dan makanan sehat lainnya.

Lama-lama, saya merasa tidak nyaman dengan berat badan, apalagi banyak orang mengira hamil. Itu artinya lingkar perut saya melebihi 80 cm sehingga mirip orang hamil. 

Terapkan konsep food combining. (Dokumentasi Pribadi)
Terapkan konsep food combining. (Dokumentasi Pribadi)

Food Combining

Tahun 2013 perekonomian keluarga membaik. Saya dan suami sering diundang acara di hotel bintang lima di Jakarta, Bandung, Solo, bahkan Eropa. Dari situ saya mengenal aneka sayuran, buah-buahan. 

Ketika acara di Eropa pihak pengundang dan hotel tidak menyediakan nasi, tetapi ada kentang goreng, bihun, mie kuning. Setiap pagi saya sarapan kentang, telur, sayuran mentah. Entah apa topingnya, saya anggap saja itu gado-gado. 

Makan siang, malam pun demikian, tidak ada nasi. Meski banyak makanan, saya lebih memilih makanan yang dikenal seperti telur diurak arik (begitu saya menyebutnya), ikan, bihun, roti, buah-buahan. Selama itu saya merasakan perut enteng. Pagi-pagi ketika buang air besar lancar tanpa mules yang melilit.

Pulang dari Wina saya menerapkan pola makan sehat. Diet? Bisa dikatakan begitu. Meski demikian, saya tidak konsultasi ke ahli dalam proses diet. Saya hanya mengatur karbohidrat yang dikonsumsi, memperbanyak makan buah dan sayuran. Takaran nasi setiap harinya adalah satu kepalan tangan sendiri yang dikonsumsi saat sarapan pukul 08.00-09.00 dan sore sekitar pukul 16.00-17.00

Pukul 10.00-14.00, perut tidak begitu kenyang, bisa makan buah, sayuran mentah atau sayuran dikukus/digodok. Tidak pernah ketinggalan setiap hari konsumsi kacang merah segar, edamame, jagung manis.

Terapkan konsep Food Combining. (Dokumentasi Pribadi)
Terapkan konsep Food Combining. (Dokumentasi Pribadi)

Apa yang terjadi? Kurun waktu 6 bulan, lingkar perut saya berkurang 10 cm, akibatnya semua rok, celana harus dikecilkan. Akan tetapi .... saya merasakan hal lain, yakni kaki terasa sakit jika berjalan jauh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun