Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga suka cerita, Petani, Pengusaha (semua lagi diusahakan)

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Wisata Bukit Sekunir dan Fakta Unik Anak Rambut Gimbal Dieng

27 Juni 2024   11:16 Diperbarui: 27 Juni 2024   19:14 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pemotongan rambut gimbal. (Foto dari Kompas, dokumen Pemprov Jateng)

Pada artikel sebelumnya saya menceritakan rute dan tiga destinasi wisata yang ada di Dieng Wonosobo, yakni Telaga Warna, Batu Ratapan Angin, Kawah Sikidang. Artikel lengkapnya bisa dibaca di sini

Rencana semula dari Kawah Sikidang lanjut ke Candi Arjuna, karena waktu sudah sore dan hujan, kami memutuskan istirahat dulu di villa cabin dekat Telaga Warna. Namun, hingga magrib hujan masih deras, akhirnya pergi ke Candi Arjuna direncanakan sambil pulang, karena searah. 

Sore itu kami menghangatkan tubuh dengan membuat mie rebus, teh panas, kopi, roti bakar yang dibawa dari rumah. Malam hari anak-anak memesan nasi goreng lewat nomor telepon yang tertera di dapur villa. 

Destinasi wisata menarik lainnya di Dieng Wonosobo yang akan kami kunjungi adalah Bukit Sekunir. Jika memungkinkan akan ke Swiss Van Java, Curug Sikarim.

Perjalanan Menuju Bukit Sekunir

Bukit Sekunir berada di ketinggian 2.300 mdpl, pastinya menyajikan keindahan alam yang luar biasa. Wisatawan bisa melihat matahari terbit. Jika cuaca lebih cerah, bisa melihat tujuh gunung, Gunung Merbabu, Gunung Prau, Gunung Sindoro, Gunung Slamet, Gunung Merapi dan Gunung Lawu, Gunung Sumbing.

Untuk bisa menangkap panorama di Bukit Sekunir kita harus masuk melalui Desa Sembungan, Kecamatan Kejajar. Desa ini merupakan desa tertinggi di Pulau Jawa. Oleh karena villa kami agak jauh kurang lebih 15 km, pukul 03.00 harus sudah berangkat.

Malam sebelum tidur, anak cewek sudah mempersiapkan segala keperluan adiknya seperti jaket, kaus tangan, mukena, sepatu, minum, makanan, pasang alarm. Maksudnya biar sat sit set, tidak kesiangan. 

Tiba di tempat parkir sudah banyak wisatawan yang siap naik.

"Pakai ojeg, Bu, ke pintunya masih dua kilometer, belum naiknya," sambut seseorang sambil menunjuk deretan motor dengan pengemudi berseragam kuning. 

Kami melewati jalan desa yang lebar dan rusak. Sedikit khawatir terjatuh, tetapi pengemudi ojeg sudah terbiasa dengan kondisi jalan.
Sampai di pintu utama kami harus jalan sekitar 800 meter melewati rumah warga dan kios oleh-oleh. Setelah itu lanjut naik ke Bukit Sekunir. 

Jalan menuju puncak Bukit Sekunir. (Dokumentasi pribadi)
Jalan menuju puncak Bukit Sekunir. (Dokumentasi pribadi)

Jalan menuju bukit sudah dibuat tangga dengan bahan batu belah. Semua wisatawan bisa melewatinya tanpa rintangan yang sulit, tetapi harus hati-hati karena licin. Untuk pinggir tebing ada pagar yang bisa digunakan sebagai pegangan. 

Tiba di pos satu sekitar pukul 04.15 WIB. Di sana kita jeda sebentar untuk salat subuh. Jangan khawatir pos satu dilengkapi toilet, tempat wudu juga musala panggung yang cukup menampung 50 jamaah. Kita siapkan uang terbaik untuk mengapresiasi penjaga toilet. Tarif terendah Rp3.000.

Pantang menyerah, para pelancong lanjut ke puncak Sekunir meski gelap dan udara cukup dingin.Setelah lima belas menit berjalan, kami sampai di puncak Sekunir. 

Masyaallah kebesaran Allah Swt. atas ciptaan-Nya benar-benar sempurna. Meski tidak mendapat gold sunrise, perubahan warna langit dari gelap hingga terbitnya matahari secara perlahan tampak indah. Saya mendengat decak kagum dari para pendaki. 

Anak-anak di puncak Bukit Sekunir. (Dokumentasi pribadi)
Anak-anak di puncak Bukit Sekunir. (Dokumentasi pribadi)

Tepat pukul 07.00 saya turun dan kembali istirahat sejenak di bibir panggung musala. Sambil menunggu anak-anak berfoto saya ngobrol dengan penjaga toilet gara-gara mendengar gerutunya.

"Kadang ada saja pengunjung selesai dari kamar mandi tidak bayar, air kran dibiarkan mengalir. Aduh bawanya dari bawah berat," gerutunya. 

Saya yang mendengar keluhannya jadi tertarik menimpali. "Oh bukan sumur gali, Pak?" 

"Bukan, Mbak. Pagi saya naik sambil bawa air." Dia lalu cerita banyak tentang pekerjaannya sebagai penjaga toilet Bukit Sekunir. Meski setiap harinya mendapat 20 persen dari pemasukan toilet, dia bekerja hampir 11 tahun. 

Wah berat sekali pekerjaan penjaga toilet yang harus angkut air dengan mendaki ratusan tangga. Jadi wajar saja jika ada yang ke toilet belum bayar ditagihnya. Wisatawan pun harus pengertian untuk memberi jasanya. 

Musala di pos Bukit Sekunir. (Dokumentasi pribadi)
Musala di pos Bukit Sekunir. (Dokumentasi pribadi)

Obrolan tidak berhenti sampai soal pekerjaannya. Dia pun cerita tentang anak berambut gimbal. Fakta ini menjadi rahasia umum. Beberapa anak mengalami pertumbuhan rambut yang tidak biasa. Konon anak yang berambut gimbal adalah titisan tokoh Dieng, Kiai Kolodate. Sumber lain mengatakan tokoh tersebut adalah Nyai Roro Ronce. 

Ilustrasi pemotongan rambut gimbal. (Foto dari Kompas, dokumen Pemprov Jateng)
Ilustrasi pemotongan rambut gimbal. (Foto dari Kompas, dokumen Pemprov Jateng)

Anak Rambut Gimbal (Gembel) Dataran Tinggi Dieng

"Bel belot, dagingnya alot." Kalimat itu diucapkan seorang warga asli Desa Sembungan ketika bertemu di Bukit Sekunir, Pak Tamik sapaannya. Dia bekerja sebagai penjaga toilet. 

"Artinya apa, Pak?"
"Ya begitulah ... saya dulu berambut gimbal. Sering dikatain seperti itu, jika anak berambut gimbal dagingnya alot," jelasnya. 

Alot adalah bahasa Jawa yang artinya tidak bisa digigit, sebagaimana menggigit daging mentah.

Saya tertarik mendengar ceritanya. Pak Tamik yang sekarang berusia sekitar 45 tahun. Dia mengalami demam tinggi saat usianya 5 tahun. Lambat laun rambutnya tumbuh gimbal. Meski dipotong, tumbuhnya gimbal lagi.

Ada sebuah keyakinan agar rambut gimbal itu tidak tumbuh lagi, permintaan si anak gimbal harus dituruti. Permintaan tersebut menurut Pak Tamik datang begitu saja di pikiran. Biasanya sebelum masuk sekolah dasar orang tua segera memenuhi permintaan si anak karena malu kalau sekolah dengan rambut gimbal.

Permintaan Pak Tamik saat itu 2 ekor kambing, 2 ekor ayam. Hewan tersebut bukan disembelih, tetapi dipeliharanya. Rambut yang telah dicukur dibuang ke larung atau sungai. Sebelumnya ada doa bersama di rumahnya secara sederhana, semacam ritual ruwatan.

Tradisi Ritual Ruwatan Rambut gimbal

Ruwatan rambut gimbal adalah upacara pemotongan rambut anak- anak berambut gimbal di Dieng Plateau. Ruwatan ini dilaksanakan setelah anak meminta sendiri untuk dipangkas rambutnya. Jika orang tua tidak memenuhi keinginannya si anak akan sakit lagi dan rambut gimbal tumbuh kembali. 

Prosesi pemotongan rambut gimbal sekarang dengan dulu era Pak Tamik berbeda. Sekarang bahkan lebih meriah karena dipadukan antara keindahan alam, keunikan budaya dan tradisi di Dataran Tinggi Dieng juga festival musik nasional, tradisional, UMKM.

Pintu masuk Candi Arjuna. (Dokumentasi pribadi)
Pintu masuk Candi Arjuna. (Dokumentasi pribadi)

Mengutip dari laman Kemendikbud.go.id prosesi ruwatan anak berambut gimbal dilaksanakan setiap tanggal satu Suro kalender Jawa. Prosesinya diawali dengan ritual doa di beberapa tempat, seperti komplek Candi Arjuna, Candi Bima, Candi, Candi Dwarawati, Candi Gatot Kaca, Sendang Maeroko, Gua Telaga Warna, Kawah Sikidang, Telaga Balai Kambang, Kalo Pepek, tempat pemakaman Dieng. 

Hari berikutnya diadakan kirab dari rumah sesepuh menuju tempat pencukuran dengan membawa Pusaka yang telah melalui proses pencucian dengan upacara Jamasan Pusaka. Anak-anak berambut gimbal alan berpakaian adat Jawa dengan ikat kepala berwarna putih dengan dikawal para tokoh. Prosesi ini berakhir di Sendang Maerokoco.

Prosesi pencukuran rambut anak-anak berambut gimbal dilaksanakan di depan Candi Arjuna dan dihanyutkan ke Telaga Warna yang mengalir ke Sungai Serayu. 

Tujuan tradisi ruwatan ini adalah menghilangkan kesialan, malapetaka, kesedihan pada anak-anak berambut gimbal. 

Foto pribadi di Bukit Sekunir Dieng. (Dokumentasi pribadi)
Foto pribadi di Bukit Sekunir Dieng. (Dokumentasi pribadi)

Akhir Kata

Untuk berwisata Dieng, kita bisa memakai jasa jeep. Ada banyak paket wisata, harga mulai dari Rp350.000 hingga Rp1.500.000. Hal ini tergantung jumlah tempat wisata yang dikunjungi.

Saya lebih memilih tetap memakai kendaraan pribadi agar lebih santai. Perjalanan wisata ke Dieng bukan sekadar rekreasi, tetapi kebersamaan bersama keluarga. Di mana tatkala anak-anak sudah besar untuk pergi bersama terbatas. Mereka sudah sibuk dengan aktivitas sekolahnya. 

Dengan rekreasi ke alam juga meningkatkan rasa syukur, ketakwaan pada Allah Swt. Melihat, menyaksikan kebesaran-Nya, tidak ada alasan untuk mendustakan.

Perjalanan itu juga membuka pikiran anak-anak, bagaimana sebuah proses untuk mencapai tujuan. Terlebih ketika naik ke puncak Sikunir. Kita bisa belajar dari Pak Tamik atau perjalanan yang menanjak hingga mencapai puncak. 

Terima kasih telah singgah. Salam sehat selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun