Hingga sekarang, pedagang sate kelinci tetap dengan pikulan dan meja yang ditata rapi pinggir telaga. Pengunjung bisa makan sate kelinci yang dipadukan dengan lontong dan toping sambal kacang di tepi telaga.
Satu porsi dengan 10 tusuk sate kelinci dibanderol Rp15 ribu. Dari waktu ke waktu harga selalu naik, tetapi tidak banyak, masih cukup terjangkau.Â
Selain dijajakan di pikulan, sate kelinci juga bisa ditemukan di rumah makan sekitar Telaga Sarangan, hanya sensasinya berbeda. Perlu diingat saja jangan sampai membawa sate kelinci dari pikulan ke dalam rumah makan. Hal ini bisa menyinggung perasaan pemilik rumah makan.
Herannya, sate kelinci di Telaga Sarangan tak pernah habis, padahal pengunjung seabrek hingga memadati jalan. Apalagi jika musim libur, kendaraan pribadi tidak bisa masuk keliling telaga.
Ternyata sate kelinci di Sarangan itu melimpah karena ada pusat peternakannya, tepatnya di Desa Ngerong, Kecamatan Plaosan. Oleh karena wilayah Plaosan banyak ditanami sayuran, beternak kelinci sangat tepat.
Sayuran selain dijual juga bisa untuk makanan kelinci. Sayuran tersebut subur karena kotoran kelinci.
Berdasarkan beberapa jurnal, air kencing kelinci bisa diaplikasikan langsung ke tanaman sebagai pupuk.
Begitu pun dengan kotorannya. Kotoran kelinci setelah diolah dengan bahan lainnya bisa digunakan sebagai bahan pembuatan kompos.Â
Selain kelinci ramah lingkungan, juga bagus dikonsumsi karena rendah lemah, rendah kalori, tetapi tinggi protein dan kaya akan mineral.
Oleh karena rendah lemak daging kelinci mudah dicerna dan sangat cocok bagi mereka yang lagi program diet.